Mahasiswa Malaysia Borong Kitab Ulama Nusantara hingga Rp60 Juta

Muhammad Nur Hadi Sallehuddin dan penerbit Mustafa Babbi al-Halabi (MBH). Foto: Dok. Bernama

Ikhbar.com: Seorang mahasiswa Universitas Al-Azhar, Mesir asal Malaysia rela mengeluarkan uang hampir RM20.000 atau sekitar Rp60 juta untuk bisa mendapat 200 kitab klasik dari berbagai karya ulama Melayu Nusantara di tahun 1920-an hingga 1960-an.

Mahasiswa bernama Muhammad Nur Hadi Sallehuddin (24) itu mengaku membeli kitab karya ulama Nusantara murni dari tabungannya. Mahasiswa jurusan Ushuluddin mulai mengumpulkan harta berharga tersebut sejak tahun 2020.

Kitab-kitab tersebut dicetak Mustafa Babbi al-Halabi (MBH), sebuah perusahaan percetakan dan penjualan buku tertua di negara Afrika utara.

Baca: Patut Dicontoh! Warga Malaysia Olah Sisa Makanan Buka Puasa Jadi Pupuk Organik

Nur Hadi menilai, barang berharga yang dikumpulkannya itu merupakan karya yang dan sulit didapatkan. Ia menjelaskan, kitab ulama Nusantara yang dikumpulkan itu ditulis dalam bahasa Jawa pegon dan Aceh.

“Kitab yang saya kumpulkan meliputi berbagai disiplin ilmu Islam meliputi sejarah, tafsir, tajwid, fiqih, tasawuf, hadis, Aqidah dan Kamus Arab Jawi,” ujar Nur Hadi dikutip dari Kantor Berita Bernama pada Rabu, 17 April 2024.

Di antara koleksi yang ada di perpustakaan pribadi Muhammad Nur Hadi adalah Kamus Idris Al-Marbawi (Kamus Melayu terbaik Nusantara yang ditulis Dr. Syekh Mohamad Idris bin Abdul Rauf Al-Marbawi), Doa Hari Arafah oleh ulama Kelantan, Syekh Ja’afar Husein, selain kitab-kitab yang ditulis oleh ulama dari Indonesia dan Pattani.

“Awal saya pertama kali datang ke Mesir tidak mengetahui keberadaannya buku ini, sampai teman-teman di Malaysia memberitahukannya,” katanya.

Ia menjelaskan, mulanya hanya membeli 25 buku. Namun seiring berjalannya waktu dan rasa tanggung jawab muncul dalam dirinya, Nur Hadi terus berusaha menemukan dan mengumpulkannya.

Nilai Sejarah

Muhammad Nur Hadi mengatakan, selain kitab karya ulama Nusantara, dia juga mengumpulkan bahan lain, seperti dokumen surat dan stempel besi yang diukir dengan tulisan Arab-Jawi.

“Di antara penemuan menarik lainnya, saya melihat bukti tertulis kontribusi besar Syekh Idris menjadi editor (penulis) dari kitab-kitab yang ditulis oleh ulama lain sebelum dia dicetak untuk diterbitkan,” ujarnya.

Baca: Begini Gambaran Perkawinan sebelum Islam Datang! Keji, Menjijikkan, Rendahkan Perempuan

Mahasiswa asal Taiping, Perak, Malaysia itu mengaku termotivasi mengumpulkan buku langka tersebut karena dinilai memiliki sejarah panjang.

“Kitab ini memiliki sejarah panjang dengan cetakan asli di Mesir dan selama ini banyak menjadi referensi,” kata dia.

Lebih lanjut, Muhammad Nur Hadi menceritakan  pertemuan dia dengan seorang penjual buku berbahasa Arab, Ammu Abdul Maula di Mesir. Orang tersebut memudahkannya dalam mengumpulkan Kitab Turats dengan jumlah banyak.

“Ammu yang berusia 70-an adalah karyawan di Mustafa al-Halabi lebih dari 50 tahun dan berpengetahuan luas dalam penyimpanan buku-buku Turats yang dicetak penerbit. Saya bertemu dengannya berulang kali untuk menemukan buku-buku warisan alam Melayu ini, “ ujarnya.

Nur Hadi menceritakan, Ammu baru bisa membantu ketika melihat keseriusan dalam dirinya. Saat itu, barulah kakek tersebut yakin bahwa ia bisa menyimpan kitab-kitab penting itu untuk generasi mendatang. 

“Dia lalu membawaku masuk ke gudang buku dan menunjukkan buku warisan alam Melayu (Nusantara, red) yang masih ada. Dari sanalah aku mendapatkan sebagian besar kitab yang judul-judulnya telah hilang kelebihan salinan,” katanya.

Nur Hadi berencana membawa kitab-kitab penting koleksinya ke tanah air (Malaysia) dan siap didistribusikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan seperti sejarawan, akademisi dan universitas.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.