Ikhbar.com: Pasangan suami-istri Muslim di Kota Moradabad, Uttar Pradesh, India menjadi korban serangan Islamofobia setelah membeli rumah di lingkungan mewah yang mayoritas dihuni warga Hindu. Protes keras dari penduduk setempat menyebabkan pasangan yang berprofesi sebagai dokter itu terpaksa meninggalkan rumah yang baru saja mereka beli.
Penduduk Hindu di kawasan tersebut mengungkapkan ketidaksetujuannya karena rumah itu dijual oleh pemilik sebelumnya, seorang dokter Hindu, tanpa konsultasi dengan mereka.
“Wilayah ini dihuni oleh lebih dari 400 keluarga Hindu. Kami tidak ingin orang dari komunitas lain tinggal di sini,” ucap salah seorang pendemo, seperti dikutip dari Kantor Berita Press Trust of India (PTI), Senin, 9 Desember 2024.
Baca: Rasisme di India, Warga Muslim kerap Difitnah sebagai Penyusup dari Bangladesh
Para pengunjuk rasa memulai protesnya sejak Selasa, pekan lalu, dengan membawa spanduk yang mendesak pemilik lama untuk mengambil kembali rumah tersebut. Mereka juga mengajukan keluhan kepada pihak administrasi distrik dan kepolisian terkait kehadiran keluarga Muslim di lingkungan tersebut.
Seorang demonstran lainnya menambahkan kekhawatiran bahwa penjualan ini bisa menjadi awal perubahan besar di kawasan itu.
“Jika satu rumah dijual, yang lain mungkin akan mengikuti, dan segera kawasan ini bisa kehilangan karakternya,” ujar pendemo yang enggan dituliskan namanya.
Pemilik rumah sebelumnya, Ashok Bajaj mengungkapkan bahwa pasangan Muslim itu merasa tidak nyaman untuk pindah setelah munculnya protes.
“Kontroversi ini mengubah wajah kota. Kami tidak bermaksud menciptakan kerusuhan dengan transaksi ini,” ujarnya.
“Padahal, transaksi tersebut sah secara hukum,” lanjutnya.
Penduduk Hindu bahkan mendatangi kantor magistrat distrik untuk mengajukan keberatan resmi atas penjualan rumah tersebut.
Baca: Gelombang Anti-Muslim di Eropa Meningkat
Magistrat distrik, Anuj Kumar Singh mengatakan bahwa pihaknya sedang berupaya menemukan solusi damai dan disepakati semua pihak.
Kasus ini mencerminkan meningkatnya intoleransi terhadap minoritas agama di India. Kelompok-kelompok hak asasi manusia mencatat, sejak Partai Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpin Perdana Menteri Narendra Modi berkuasa pada 2014, diskriminasi dan kekerasan terhadap minoritas agama, termasuk Muslim, semakin sering terjadi.
Dalam laporannya, Komisi Amerika Serikat untuk Kebebasan Beragama Internasional (USCIRF) menyebut adanya pelanggaran berat terhadap kebebasan beragama di India, termasuk kekerasan terhadap minoritas dan penghancuran tempat ibadah mereka. Pemerintah India, bagaimanapun, menolak tuduhan ini.
Agustus lalu, Human Rights Watch juga melaporkan bahwa Modi membuat lebih dari 100 pernyataan bernada Islamofobia dalam kampanye pemilihan umum yang membawanya memenangkan masa jabatan ketiga secara berturut-turut.