Ikhbar.com: Belum lama ini banyak anak muda di Cina ramai-ramai menyewa kantor palsu demi terlihat punya pekerjaan tetap. Bukan untuk benar-benar bekerja, melainkan sekadar membangun citra sebagai profesional yang sibuk.
Fenomena ini dilaporkan berkembang pesat di sejumlah kota besar, terutama di kalangan Gen Z. Di tengah tekanan sosial dan tingginya persaingan kerja, tak sedikit anak muda rela mengeluarkan uang agar terlihat bekerja, meski sesungguhnya masih menganggur.
Dikutip dari Oddity Central, banyak anak muda di Cina kini menyewa tempat kerja fiktif dengan biaya harian sekitar 30 hingga 50 yuan atau setara Rp67 ribu hingga Rp115 ribu. Dengan biaya itu, mereka mendapatkan akses ke ruangan layaknya kantor sungguhan yang dilengkapi meja kerja, koneksi Wi-Fi, bahkan makan siang.
Beberapa tempat bahkan menawarkan paket pengalaman kerja palsu. Klien bisa memilih menjadi “manajer proyek”, menjalani simulasi meeting, atau berinteraksi dengan “rekan kerja” lainnya. Semua ini dilakukan semata-mata agar mereka bisa memamerkan rutinitas profesional di media sosial (medsos).
Baca: Anak Muda Cina Ramai-ramai Pensiun Dini, Ini Penyebabnya!
Tekanan sosial
Tren menyewa kantor bohongan ini muncul seiring meningkatnya angka pengangguran di kalangan anak muda. Banyak dari mereka merasa tertekan dengan tuntutan keluarga atau lingkungan sekitar untuk segera bekerja. Alih-alih menunggu rezeki datang, mereka memilih cara instan agar tetap terlihat produktif.
Sebagian melakukannya demi menjaga harga diri, sebagian lain hanya ingin suasana baru dibanding terus berdiam di rumah. Bahkan ada yang berharap pengalaman ini bisa membantunya mendapatkan pekerjaan sungguhan.
“Saya datang ke sini bukan karena ingin menipu siapa pun, tapi karena tempat ini menarik dan bikin saya semangat lagi,” ujar Xu Lin, seorang kreator konten yang pernah mencoba layanan kantor palsu.
Surat kabar El País dari Spanyol turut melaporkan fenomena ini saat mengunjungi salah satu penyedia layanan kantor palsu di Beijing. Mereka menemukan beragam motivasi pengguna layanan ini. Ada yang hanya ingin “nongkrong murah” dengan suasana profesional, ada juga yang memang butuh pelarian dari tekanan sosial di rumah.
Tingginya angka pengangguran usia muda di Cina, terutama di usia 16–24 tahun yang mencapai 16,5% pada Maret 2025, memperburuk situasi. Di rentang usia 25–29 tahun, angkanya mencapai 7,2%. Kondisi ini mendorong banyak anak muda mencari pelampiasan di luar jalur formal.
Faktor lainnya adalah tersedianya ruang kantor murah di kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai. Alih-alih menyewa tempat di kafe yang relatif lebih mahal, mereka memilih kantor-kantor ini untuk sekadar menghabiskan waktu.