Ikhbar.com: Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indarwati berziarah ke makam Nabi Harun As di bukit yang menjadi tempat tinggal Suku Bedouin, Kegubernuran Sinai Selatan, Mesir. Agenda tersebut dilakukannya di sela-sela rangkaian Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) Annual Meeting Ke-8. Lokasi ini dianggap sebagai salah satu tempat peristirahatan terakhir saudara Nabi Musa As itu, selain di Petra, Yordania.
“Setelah menyelesaikan rangkaian agenda AIIB 2023 Annual Meeting kemarin, saya bersama rombongan singgah ke kota yang berjarak 2.5 jam perjalanan darat dari Sharm El-Sheikh tersebut. Sepanjang perjalanan terlihat fasad barisan pegunungan tertinggi di tanah Mesir,” tulis Sri Mulyani di Instagram pribadinya @smindrawati, dikutip pada Sabtu, 30 September 2023.
Sri Mulyani mengatakan, Laut Merah memang menyimpan begitu banyak sejarah. Beberapa di antaranya Gunung Sinai, yaitu lokasi yang disebutkan dalam Kitab Suci sebagai tempat Nabi Musa “mendengar dan bertemu cahaya” Sang Pencipta.
Oleh pemandu lokal bernama Ahmed, Sri Mulyani dan rombongan diajak berkeliling di kota dan berziarah ke makam Nabi Harun As.
“Sangat rapih terawat. Diceritakan juga episode pengikut Nabi Musa yang membuat patung sapi emas – untuk disembah pada saat ditinggal Nabi Musa mendaki bukit menerima perintah Tuhan Sang Pencipta. Di dinding kaki bukit seberang arah makam Nabi Harun terhambat bentuk patung emas sapi tersebut,” kata Menkeu.
Baca: Kasus Pembunuhan Berencana di Masa Nabi Musa
Hubungan Harun dan Musa
Nabi Harun dan Nabi Musa As merupakan sosok penting bagi warga Mesir. Keduanya tidak dapat dipisahkan dari sejarah Bani Israil, terutama dalam upaya menyampaikan ajaran Tauhid (mengesakan Allah Swt) kepada penguasa Mesir saat itu, Firaun. Selain itu, Nabi Musa dan Harun juga dinilai berjasa karena telah memerdekakan Bani Israil dari perbudakan di Mesir menuju tanah perjanjian, yaitu tanah Kanaan.
Nabi Harun As memiliki peran yang sama pentingnya Nabi Musa As. Allah Swt mengabadikan hubungan mereka dalam perjuangan untuk menguatkan ajaran-Nya, sebagaimana tercantum dalam QS. Thaha: 29-35. Allah Swt berfirman:
وَٱجۡعَل لِّی وَزِیرࣰا مِّنۡ أَهۡلِی (٢٩) هَـٰرُونَ أَخِی (٣٠) ٱشۡدُدۡ بِهِۦۤ أَزۡرِی (٣١) وَأَشۡرِكۡهُ فِیۤ أَمۡرِی (٣٢) كَیۡ نُسَبِّحَكَ كَثِیرࣰا (٣٣) وَنَذۡكُرَكَ كَثِیرًا (٣٤) إِنَّكَ كُنتَ بِنَا بَصِیرࣰا (٣٥)
“…dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (29) yaitu Harun, saudaraku, (30) teguhkanlah kekuatanku dengan (adanya) dia, (31) dan jadikanlah dia teman dalam urusanku, (32) agar kami banyak bertasbih kepada-Mu, (33) dan banyak mengingat-Mu, (34) sesungguhnya Engkau Maha Melihat (keadaan) kami. (35).”
Menurut Syekh Ismail bin Umar bin Katsir al-Qursyi ad-Damasyqi atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Katsir di dalam tafsirnya mengatakan, terdapat dua pendapat yang berkenaan dengan permohonan Nabi Musa As dalam ayat tersebut. Pendapat pertama meyakini bahwa Harun As diangkat sebagai Nabi atas permohonan Nabi Musa As. Pendapat ini disimpulkan dari riwayat Aisyah Ra.
Sayyidah Aisyah Ra mendengar lelaki bertanya siapa yang paling bermanfaat bagi saudaranya di dunia, dan lelaki tersebut bersumpah bahwa dia tahu. Aisyah menilai sumpahnya meyakinkan karena tidak menggunakan kata “insyaallah.” Lelaki itu kemudian menjelaskan bahwa Nabi Musa adalah yang paling bermanfaat bagi saudaranya, Harun, karena memohon kepada Allah agar Harun diangkat sebagai nabi.
“Aisyah setuju dengan penjelasan tersebut dan juga bersumpah bahwa itu benar. Jadi, Harun diangkat menjadi nabi atas permohonan Musa,” Tulis Imam Ibnu Katsir.
Baca: Taktik Nabi Yusuf di Masa Paceklik
Pendapat kedua menyatakan bahwa Harun As diangkat menjadi nabi bersamaan dengan Musa As. Pendapat ini berasal dari Ibnu Abbas Ra.
Nabi Harun As berperan penting sebagai tandem Nabi Musa As. Ia memimpin Bani Israil ketika Nabi Musa mendapat perintah untuk menemui Allah Swt di puncak Gunung Sinai.