Ikhbar.com: Influencer Tahfiz, Nadia Nely Amalia Abdurrahman menyebut bahwa ahlul qur’an ialah mereka yang selalu melibatkan Al-Qur’an di dalam kehidupannya.
“Ahlul Qur’an berarti mereka yang senantiasa membaca Al-Qur’an baik dengan bin nadzhori (membaca dengan melihat) maupun bil hifzi (membaca dengan hafalan),” ujarnya saat mengisi Seminar Tahfiz dalam rangka Miladiyah Ke-11, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Hay’atu Tahfidzil Qur’an (HTQ) IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada Kamis, 21 September 2023.
Dalam kegiatan yang mengusung tema “Konsistensi dalam Menjaga Hafalan di Era Millenial” itu, sosok yang akrab disapa Ning Nadia Abdurrahman itu berkesempatan untuk memaparkan metode menghafal Al-Qur’an ala Muslim Maroko bernama Lauh.
“Saya mempelajari metode ini karena memang memiliki latar belakang pendidikan tinggi di Maroko,” ujar putri pengasuh Pondok Pesantren Dar Al-Tauhid Arjawinangun, Cirebon, Jawa Barat itu.
Baca: Tutorial Berakhlak kepada Hewan dan Lingkungan
Menurutnya, Muslim Maroko memang banyak terlahir dari keluarga Qur’ani. Mereka berkeyakinan bahwa semakin banyak hafalan Al-Qur’an, maka akan semakin luas pula pikirannya untuk menangkap ilmu-ilmu lain.
“Orang-orang Maroko memiliki metode Lauh atau dengan menulis halaman yang akan di hafal di papan pipih, mereka juga menulis ayat-ayat yang dibacakan oleh gurunya,” jelasnya.
Ia menjelaskan, metode Lauh memiliki banyak keunggulan. Sebab semakin banyak melibatkan panca indra dalam menghafal akan membuat hafalan kian kuat.
“Hal ini menjadi salah satu mindset dari Madrasah wal Asasah yang berada di Maroko. Mereka memiliki prinsip bahwa hafal Al-Qur’an secara lisan saja tidak cukup, tetapi juga harus dituangkan secara tulisan,” ucap Ning Nadia.
Untuk menguatkan kepercayaan diri mereka, Muslim Maroko selalu membiasakan dirinya untuk melepas mushaf setiap kali menghafal.
“Metode Lauh mewajibkan menulis ayat saat menambah hafalan baru. Terkait murajaah (mengulang hafalan), metode ini menekankan untuk mengulang 2 hingga 3 juz yang belum lama mereka hafal. Sebab, hafalan baru lebih mudah hilang,” jelas dia.
“Kemudian, murajaah lain juga selalu mengupayakan memperbaiki bagian-bagian yang memang belum lancar. Metode ini juga menerapkan wirid yaumi,” imbuhnya.
Baca: Ardhal al-‘Umur,’ Penjelasan Al-Qur’an tentang Fase Tua dan Pikun
Lebih lanjut, Ning Nadia menjelaskan, bagi santri yang khatam dengan metode Lauh, maka mereka akan menulis ayat dari hafalannya saat murajaah.
“Mereka juga diwajibkan melakukan wirid yaumi dengan 5 juz sehari,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Ning Nadia juga memberikan motivasi bagi para mahasiswa yang tengah menghafal Al-Qur’an. Baginya, semua itu harus dijalani dengan kebahagiaan.
“Sebuah kesulitan jika kita hadapi dengan penderitaan, maka akan menjadi kesengsaraan. Jika kesulitan dihadapi dengan kebahagiaan, maka akan menjelma menjadi sebuah kenikmatan,” pesannya.