Ikhbar.com: Percaya terhadap masa depan yang lebih baik menjadi ciri khas umat Islam. Prasangka itu selaras dengan pentingnya berpengharapan untuk mendapatkan kebahagiaan dari berbagai anugerah yang diberikan Allah Swt.
Anggota Majelis Masyayakih Sekretariat Nasional (Seknas) Jaringan Pondok Pesantren Ramah Anak (JPRRA), KH Fahad Achmad Sadat menyampaikan, prasangka baik itu berlaku dalam hal apapun. Termasuk saat menanggapi banyaknya konten keagamaan di televisi maupun platform media sosial yang disampaikan oleh orang-orang dengan kompetensi yang dianggap kurang pas dan mumpuni.
“Karena memang saat ini masyarakat pun sedang ada di level itu. Ya harus sabar, karena seiring waktu berjalan, kebutuhan publik terhadap konten yang berbobot pun pasti muncul,” ujar sosok yang juga menjabat Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Buntet Pesantren, Buntet, Cirebon, dikutip pada Jumat, 18 Agustus 2023.
Baca: Dukung JPPRA, Wakil Ketua MPR: Prinsip Otonomi Tubuh Penting Ditanamkan sejak Dini
Menurut Kiai Fahad, dalam hal apapun, manusia menemui rasa bosan dan ketidakpuasan. Di saat itulah, masyarakat akan kembali membutuhkan sosok-sosok yang memiliki kecakapan lebih dalam hal pengetahuan keagamaan.
“Akan ada saatnya titik jenuh, lalu berbalik selektif memilih sosok yang alim,” katanya.
Di sisi lain, lanjut Kiai Fahad, ideal tidaknya sebuah kondisi tergantung dari ikhtiar atau upaya perubahan yang dilakukan.
“Jika kita merasa kondisi ini tidak ideal, maka tugas kita adalah mengubahnya menjadi lebih baik,” katanya.
“Saya masih jelas ingat nasihat ayahanda (KH Hisyam Mansur) saat saya masih remaja. Beliau mengatakan, jika di suatu tempat tidak sesuai dengan harapanmu, maka kewajibanmu adalah menorehkan perubahan,” sambung Kiai Fahad.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Al-Murtadlo Buntet tersebut, para alumni pesantren memiliki tanggung jawab untuk mensyiarkan pesan-pesan keagamaan dengan cara yang lebih kontekstual dan gampang dipahami masyarakat. Para jebolan pesantren yang dinilai memiliki penguasaan ilmu keagamaan yang lebih luas harus mampu menerjemahkan prinsip-prinsip Islam sebagai sesuatu yang benar-benar sedang dibutuhkan masyarakat modern sekarang ini.
“Misalnya, di era digital ini ada problem di mana godaan individualisme semakin kuat. Hal ini muncul karena berbagai masalah sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, agama harus disajikan sebagai pendorong bahwa persoalan-persoalan itu hanya bisa diselesaikan dengan menarik keterlibatan dan membangun kepedulian banyak orang,” pesannya.
Baca: Gus Abe: Santri Harus Kembalikan Medsos Sesuai Khitah
Islam tidak hanya perlu disiarkan sebagai panduan hidup seseorang dalam menjalankan ibadah. Melampaui itu, kata Kiai Fahad, syariat agama juga mengandung banyak inspirasi untuk diterapkan dalam perilaku kehidupan bermasyarakat dan bersosial.
“Kita mengenal ada hablum minallah (hubungan dengan Allah) dan hablum minannas (hubungan dengan sesama manusia), keduanya penting dan perlu dijaga,” pungkasnya.