Ikhbar.com: Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengumumkan awal Rabiul Akhir 1445 H jatuh pada Senin, 16 Oktober 2023. Rabiul Akhir atau Rabiultsani merupakan bulan keempat dalam penanggalan Islam.
Penamaan Rabiul Akhir merujuk pada peristiwa alam musim semi yang biasa terjadi di Semenanjung Arab. Abu Bakar bin Duraid dalam Jamhartu al-Lughah mengungkapkan, pada masa pra-Islam, bulan ini dinamakan Wubshan atau Wabshan.
Menurutnya, orang pertama yang menamai bulan tersebut sebagai Rabiul Akhir ialah kakek buyut Rasululllah Muhammad Saw yang kelima, Kilab bin Murah. 
Baca: Cara Mudah Menghafal Nama-nama Bulan Hijriah
Pembagian musim
Dalam Lisan al-Arab, Muhammad bin Mukrim bin Ali Abu Al-Fadhl Jamaluddin bin Manzhur Al-Anshari Ar-Ruwaifi’i Al-Afriqi menjelaskan, selain berfungsi sebagai nama bulan, istilah rabi‘ juga dipakai untuk menggambarkan salah satu dari enam musim yang dialami Jazirah Arab.
“Musim-musim tersebut ialah Rabiul Awal (musim semi pertama), Shaif (musim panas), Qaizh (puncak musim panas), Rabiultsani (musim semi kedua), Kharif (musim gugur), dan Syita (musim dingin),” tulis Ibnu Manzhur.
Dengan mengecualikan Qaizh dan Rabiultsani yang merupakan fase kedua dari musim yang sama, wilayah Arab sejatinya memiliki empat musim sebagaimana pengetahuan umum modern.
Meski demikian, Wakil Kepala Badan Iklim dan Cuaca Arab Saudi, Prof. Abdullah Al-Misnid menyatakan bahwa awal, akhir, serta durasi setiap musim memiliki ragam yang bervariasi tergantung posisi geografis tiap-tiap tempat.
Baca: Mengapa Arab Saudi Sangat Panas?
Al-Misnid berpendapat bahwa penetapan awal musim seharusnya didasarkan pada faktor suhu iklim yang berubah, bukan sekadar mengandalkan perhitungan astronomis. Dengan kata lain, jika suhu di suatu tempat sudah kian rendah, maka bisa dijadikan tanda bahwa musim dingin telah dimulai.
“Pembagian iklim empat musim ini lebih logis dan konsisten dengan realitas yang dirasakan orang,” kata dia.
