Ikhbar.com: Kiai M. Faizi adalah potret ketokohan nahdiyin sejati. Tampilannya tampak sederhana, tetapi alam pikirannya luas melanglang buana.
Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur itu juga dikenal alim dalam keilmuan fikih. Bahkan, bak terobosan mengejutkan, sosok yang karib disapa Kiai Faizi ini mengerucutkan kealimannya di isu fikih safar alias fikih perjalanan.
Kehadiran penulis Safari: Buku Saku Perjalanan (2020) tersebut kian pas sebagai kiai pesantren menimbang cara bercakapnya yang penuh kelakar. Sesekali, Kiai Faizi melontarkan sebabak humor yang mampu mengundang gelak tawa.
Kekhasan Kiai Faizi ini juga tertangkap dalam Hiwar Ikhbar bertema “Fikih Lalu Lintas: Tertib dan Aman di Perjalanan,” pada Sabtu, 6 Mei 2023, kemarin. Saat mengomentari banyaknya pengguna jalan di Indonesia yang ugal-ugalan, Kiai Faizi memaparkannya dengan nada penuh guyonan.
“Kayaknya, kelak, urusan yang paling lama dengan (malaikat) Munkar dan Nakir, ya urusan serobot-menyerobot saat berlalu lintas,” celetuk Kiai Faizi.
Menurut Kiai Faizi, tidak sedikit orang yang masih menganggap bahwa mematuhi rambu-rambu lalu lintas tidak berhubungan dengan kesalehan di mata Tuhan. Padahal, pelanggaran saat berkendara bisa merampas hak orang banyak.
“Soal ketertiban berlalu-lintas ini memang cocoknya dikemas dalam bentuk ancaman,” katanya.
Kiai yang hobi bersafar, bahkan tergabung dalam Bismania Community tersebut mengaku sering menyurvei kelakuan pengguna jalan di Indonesia.
“Saya sering mencatat pelat nomor kendaraan orang ketika di perjalanan. Sekadar mengamati, tadi ketemu di Probolinggo, kemudian ketemu lagi di Pamekasan, tadi nyalip di tikungan sana, itu ada catatannya,” ungkap Kiai Faizi.
“Pernah, dari Prenduan (sebuah desa di Madura) ke Pamekasan itu kan jaraknya sekitar 55 kilometer. Saya mencatat, selama perjalanan itu ada sebanyak 58 kendaraan yang lampunya mati. Padahal, itu berpotensi jadi pemicu kelelakaan,” sambung dia.
Kiai Faizi juga mengaku heran, kenapa polisi melulu menggelar razia di siang hari dengan hanya memeriksa surat izin mengemudi (SIM) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Padahal, kondisi lampu kendaraan juga menjadi bagian penting yang perlu selalu diperiksa.
“Atau pemerintah sebenarnya bisa bekerja sama dengan pabrik sepeda motor. Misalnya, dibikin otomatis jika lampu depan atau lampu remnya mati itu tidak bisa jalan. Biar aman,” katanya.
Dia menyarankan agar para pengguna jalan raya juga mengedepankan kesabaran. Sebab, bersabar saat berkendara juga bisa menjadi penentu keselamatan jiwa.
“Kalau para ulama menyebut belajar sabar itu bisa dilakukan ketika mendapatkan istri yang cerewet. Nah, sekarang latihan sabar mending di jalan raya, karena ruwetnya lalu lintas sekarang ini lebih susah dihadapi ketimbang istri yang cerewet,” ucapnya.
Salah satu bentuk kesabaran saat berlalu-lintas adalah dengan mengedepankan prinsip mengalah, serta tidak menyerobot jalur yang bukan haknya.
“Jangan nyerobot. Meski memang nyerobot atau ngebut itu bisa bikin cepat sampai. Kalau enggak sampai ke tempat tujuan, ya, cepat sampai ke sisi-Nya (meninggal),” ujar Kiai Faizi sembari terkekeh.
Saran berikutnya, lanjut Kiai Faizi, seorang pengguna jalan harus rajin-rajin mengecek kondisi kendaraan sebelum bepergian. Selain lampu, perlu juga memastikan kualitas rem dan yang lainnya.
“Jangan lupa, bawa juga SIM dan STNK. Sebab, Allah Swt memang Pengampun, tapi kamera CCTV dan polisi, tidak,” pungkas Kiai Faizi.