Ikhbar.com: Sekali waktu, seorang sahabat mengeluhkan kenaikan harga barang kebutuhan pokok di hadapan Nabi Muhammad Saw. Namun, Nabi Saw secara jujur menjelaskan bahwa beliau tidak bisa mengintervensi langsung pergerakan harga di pasaran.
Nabi pun mulai memecahkan permasalahan tersebut dengan mengatur ulang alur distribusi serta memperbaiki infrastruktur jalan sebagai ikhtiar untuk kembali menormalkan harga barang. Dalam sebuah riwayat, Nabi Saw disebut kerap mengutamakan infrastruktur demi kelancaran lalu lintas perdagangan.
Sejarawan asal Lebanon, Philip Khuri Hitti dalam The Arabs : A Short History (1960) menceritakan bahwa kebijakan itu lantas diserap dan dilanjutkan di era kekhalifahan Umar bin Khattab. Di masa itu, Khalifah Umar membangun dua kota dagang sekaligus, yakni Basrah sebagai pintu masuk ke Romawi dan Kufah sebagai pintu masuk ke Persia.
Sahabat Umar juga membangun kanal laut guna memudahkan orang-orang yang hendak membawa gandum ke Kairo. Lewat jalur laut dan meninggalkan tradisi kabilah darat dengan menggunakan unta, akhirnya biaya distribusi pun bisa ditekan.
Sejarah aspal
Hitti juga menyebut perhatian kepemimpinan Islam dalam pembangunan infrastruktur bisa dilihat dari kegemilangan fasilitas jalan di kota-kota utama era kekhalifahan.
“Pembangunan jalan-jalan di kedua metropolis Islam itu begitu mulus berlapiskan aspal. Seni dalam pembangunan infrastruktur jalan telah berkembang pesat di tanah-tanah Islam. Bermil-mil jalan di Kota Cordoba pusat kekhalifahan Islam di Spanyol begitu mulus dilapisi dengan aspal,” tulis dia, dikutip pada Sabtu, 6 Mei 2023.
Sejarawan lainnya, Dr Kasem Ajram, dalam The Miracle of Islam Science, 2nd Edition (1992) mengisahkan peradaban Islam sebagai pelopor penggunaan aspal sebagai pelapis jalan-jalan utama dan jalur-jalur perdagangan penting.
“Yang paling canggih adalah jalan-jalan di Kota Baghdad, Irak. Jalannya sudah dilapisi aspal pada abad ke-8 Masehi,” tulis Ajram.
Yang paling mengagumkan, lanjut dia, pembangunan jalan beraspal di kota itu telah dimulai ketika Khalifah Al-Mansur mendirikannya pada 762 M.
Terkait alur sejarahnya, penulis Muslim abad ke-19, Al-Jahiz, mengeklaim bahwa masyarakat Arab telah akrab dengan penggunaan minyak bumi sebagai zat pembakar sejak tahun 600 M. Di Byzantium aspal digunakan pertama kali dalam pertempuran laut di Cyzicus pada 675 M.
Selain itu, kemajuan ilmu kemiliteran menunjukkan bahwa pada pertengahan abad ke-9, pasukan Muslim telah menggunakan sebagian besar senjata dari minyak bumi yang mudah terbakar. Temuan itu dihasilkan dari teknologi distilasi atau penyulingan.
Distilasi merupakan sebuah metode primitif pemurnian aspal asal Babilonia. Ali bin Al-Abbas Al-Majusi pada 950 M, mengatakan, aspal dibakar hingga mendidih dalam ketel sehingga minyak cair bisa diperoleh. Ilmuwan Mesir Al-Mas’udi yang hidup sezaman dengannya menggunakan teknik retak modern. Dia menggunakan dua tabung yang dipisahkan oleh saringan.
Tabung atas yang berisi aspal itu dipanaskan. Minyak yang dihasilkan menetes melalui saringan ke dalam tabung di bawahnya yang berisi pasir basah. Metode lain yang diciptakan kaum Muslim adalah teknik distilasi canggih yang disebut taqtir.
Mereka menggunakan kolom gelas panjang ditutup dengan kondensor berpendingin air. Alat ini disebut al-Anbiq. Tepatnya kapan kali pertama metode itu ditemukan belum ada kejelasan. Tapi, Al-Razi melakukan penyulingan minyak zaitun menggunakan al-Anbiq sejak tahun 850 M.
Kemajuan metode penyulingan minyak bumi oleh ilmuwan Muslim mencapai masa kejayaannya pada abad ke-12. Industri penyulingan berkembang pesat, terutama di Damaskus. Pada masa itu, penggunaan produk minyak bumi bervariasi. Di jalan paving, misalnya, insinyur Muslim menggunakan campuran pasir dan aspal yang mereka sebut ghir.
Sementara itu, mengacu catatan sejarah transportasi dunia, negara-negara di Eropa baru mulai membangun jalan pada abad ke-18 M. Insinyur pertama Barat yang membangun jalan adalah Jhon Metcalfe. Pada 1717, dia membangun jalan di Yorkshire, Inggris, sepanjang 180 mil. Ia membangun jalan dengan dilapisi batu, itu pun belum menggunakan aspal.
Peradaban Barat baru mengenal jalan aspal pada 1824 M. Sejak tahun itu, aspal mulai melapisi jalan Champs-Elysees di Paris, Prancis. Sedangkan, jalan beraspal modern di Amerika baru dibangun pada 1872 M.