Ikhbar.com: Tembok-tembok rumah dan toko di kota kecil Aboker, Etiopia tampak begitu semarak dengan spanduk dan lampu warna-warni. Itulah sekelumit tradisi yang melambangkan antusiasme warga negara berjuluk mother land (tanah ibu) tersebut di setiap menyambut kedatangan bulan suci Ramadan.
Tak cuma itu, kehadiran Ramadan di Etiopia juga ditandai dengan menyemburatnya ucapan “Ramadan Mubarak” di hampir semua iklan di layar televisi.
Amatillah Abdallah (19), adalah salah satu dari banyaknya gadis Muslimah yang mengaku memiliki pengalaman menjalani ibadah puasa Ramadan yang begitu menyenangkan di Etiopia. Ia menyebut, Ramadan merupakan waktu untuk merefleksikan ketaatan pribadi dan mempererat persatuan masyarakat setempat.
Dari fajar hingga matahari terbenam, setiap individu tampak berusaha memenuhi kewajiban beribadah, baik melalui doa maupun ibadah penyerta puasa wajib lainnya, sembari tetap menghadapi tuntutan untuk menunaikan kehidupan sehari-hari.
“Ketika senja, di saat panggilan azan bergema di udara, esensi sejati Ramadan akan semakin muncul,” kata Abdallah, kepada Ikhbar.com, pada Kamis, 21 Maret 2024.
Baca: Islam di Burundi, Negara Termiskin yang Populer di TikTok
Bulan berbagi
Abdallah menceritakan, ketika waktu berbuka puasa tiba, keluarga dan teman-temannya akan berkumpul di sekitar meja makan yang dipenuhi dengan kurma, buah-buahan, dan hidangan lezat.
“Tindakan berbagi makanan ini, yang dikenal sebagai ‘ifthar.’ Melampaui ikatan keluarga, karena umat Muslim membuka pintu mereka untuk tetangga dan orang asing, meskipun berbeda agama. Ini mencerminkan semangat kemurahan hati dan keramahan yang ditandai Ramadan,” ungkapnya.
Siswi Aboker Senior Secondary School itu juga menceritakan bagaimana Salat Tarawih dilaksanakan usai berbuka puasa. Pada umumnya, setelah menyelesaikan salat Isya sebanyak 4 rakaat, umat Muslim setempat akan menyambungnya dengan salat sunah bakdiyah Isya sebanyak 2 rakaat, baru kemudian berniat untuk memulai Salat Tarawih.
“Mereka menjalankan Tarawih pertama sebanyak 4 rakaat, dengan istirahat singkat setelah setiap interval 4 rakaat. Kemudian, mereka melanjutkan Salat Tarawih dengan 4 rakaat tambahan sebelum beristirahat sejenak,” jelas Abdallah.
Setelah itu, setiap warga memiliki pilihan untuk mengakhiri Salat Tarawih setelah mencapai 8 rakaat atau melanjutkannya hingga 20 rakaat. Kedua pilihan tersebut diakhiri dengan menjalankan Witir sebanyak 3 rakaat.
Baca: Ramadan di Bangladesh, ‘Musim Semi’ Kekayaan Kuliner dan Tradisi
Malam petualangan
Malam-malam Ramadan adalah waktu yang dinanti-nantikan oleh Abdallah. Di luar tembok masjid, kota menjadi lebih hidup karena toko-toko tetap buka hingga larut malam dengan jalan-jalan dipenuhi lalu-lalang para pejalan.
“Malam Ramadan seperti sebuah petualangan,” ujarnya.
Nuansa tersebut kian berarti pada 10 hari terakhir Ramadan. Namun, keramaian itu segera berubah menjadi sunyi, karena orang-orang yang sebelumnya mengunjungi pusat keramaian, kemudian membenamkan diri dalam zikir dan murattal di dalam masjid.
Baca: Ramadan di Glasgow Skotlandia, Saling Gandeng lewat Pisang Goreng
Lebaran di ibu kota
Sebelum bulan Ramadan berakhir, zakat fitrah mereka dikeluarkan sesuai takaran. Uniknya, distribusi zakat di Etiopia bukan melalui mekanisme institusional, tetapi melalui upaya kolektif individu yang dengan murah hati berkontribusi untuk kesejahteraan kaum kurang beruntung di komunitas mereka.
Warga Etiopia juga memiliki kebiasaan unik sebelum Idulfitri. Biasanya, di ibu kota Addis Ababa, ada pelaksanaan buka puasa bersama secara besar-besaran. Orang-orang berkumpul dan memenuhi Mexico Square hingga Bambis, lalu memanjang ke Meskel Square.
“Tahun ini, Dire Dawa merupakan kota pertama yang melaksanakan buka puasa bersama secara masif,” ungkap Abdallah.
Beberapa hari sebelum Lebaran tiba, jalan raya di Ibu Kota Etiopia, Addis Ababa, berubah menjadi lautan wajah gembira. Di hari H, ribuan orang berkumpul untuk mendengarkan khutbah dan salat Idulfitri.
“Ketika Salat Id berlangsung, berkilometer-kilometer jalanan ditutup. Sebagai gantinya, menjadi tempat sujud ribuan orang yang bermunculan dari berbagai penjuru,” pungkas Abdallah.