Ikhbar.com: Terduga pelaku penembakan di Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Jakarta, mendaku sebagai nabi. Sebelum melakukan tindakan nekat itu, dia sempat mengirimkan surat kepada Ketua Bidang Fatwa MUI, KH Asrorun Niam Sholeh. Lewat secarik kertas tersebut, pria berinisial M (60) itu mendeklarasikan diri sebagai utusan Allah Swt untuk menyatukan umat Islam.
Fenomena nabi palsu sudah ada sejak zaman Rasulullah Muhammad Saw. Profesor di King Saud University, Riyadh, Muhammad bin Abdurrahman Al-Arifi dalam Nihayatul ‘Alam menjelaskan, orang-orang yang mengaku nabi itu bermunculan hingga era Khulafaur Rasyidin.
Mereka adalah Al-Aswar Al-Ansi, Thulaihah ibn Khuwailid al-Asadi, Musailamah al-Kadzdzab, dan Sajah binti al-Harits at-Taghlabiyyah.
Setelah masa Khulafaur Rasyidin, orang-orang yang mendeklarasikan diri sebagai utusan Allah Swt pun kian menjamur.
Sejatinya, fenomena tersebut telah diprediksi Nabi Saw. Keberadaan nabi-nabi palsu itu merupakan tanda hari kiamat kian dekat. Diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim, Rasulullah Saw bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ قَرِيبًا مِنْ ثَلَاثِينَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ
“Tidak akan datang hari kiamat sehingga dibangkitkan pembohong–pembohong besar yang jumlahnya mendekati 30 orang. Tiap-tiap mereka mengaku sebagai utusan Allah.”
Baca: Sahabat Tidak Memanggil Nabi Hanya dengan Nama ‘Muhammad’
Seorang Muslim wajib meyakini bahwa Rasulullah Saw merupakan pengujung nabi, tiada lagi rasul setelahnya. Hal itu tegas disabdakan Nabi Saw dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari:
أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَحْمَدُ وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يُمْحَى بِيَ الْكُفْرُ وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى عَقِبِي وَأَنَا الْعَاقِبُ وَالْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ نَبِيٌّ
“(Saya memiliki empat nama:) Saya Muhammad (yang terpuji). Saya Ahmad (yang banyak memuji atau dipuji). Saya Al-Mahi (penghapus), dimana dengan perantaraanku Allah menghapus kekufuran. Saya Al-Hasyir (Pengumpul), yang mana manusia nanti akan dikumpulkan dihadapanku. Saya juga bernama Al-‘Aqib (yang belakangan) yaitu yang tak ada Nabi lagi yang datang sesudahku.”
Dalam hadis lain, Rasulullah Saw memberitakan bahwa sepeninggalnya, umat Muslim tidak akan kehilangan figur, karena akan ada khalifah (pengganti Sosok Rasulullah Saw dalam hal kepemimpinan agama) yang jumlahnya lebih banyak dari masa ke masa. Mereka ialah sahabat, tabiin, wali dan ulama, yang akan terus menjaga kemurnian ajaran tauhid. Rasulullah Saw bersabda:
كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ
“Dahulu Bani Israil dipimpin oleh para nabi, setiap seorang nabi wafat, dia diganti oleh nabi yang lain. Dan sesungguhnya tidak ada nabi setelah aku, tetapi akan ada para khalifah, dan jumlah mereka banyak.”
Ajaran Rasulullah Saw berlaku untuk semua bangsa dan lintas era. Tak ada nabi setelahnya yang diberikan risalah oleh Allah Swt. Dalam QS. Saba: 28, Allah Swt berfirman:
وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَآفَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ
“Dan Kami tidak mengutusmu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”