Makna Seorang Hamba

Ilustrasi salat. ISTOCKPHOTO/Mustafagull

Ikhbar.com: Ayat kelima QS. Al-Fatihah menuntut pembacanya untuk menghadirkan Allah Swt dalam benak selama hayat ditanggung badan. Ketika seseorang mengucapkan lafaz “Iyyaka na’budu,” berarti ia telah menekadkan bahwa pengabdiannya itu dilakukan langsung di hadapan-Nya, bukan di belakang-Nya. Allah Swt berfirman:

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.”

Demikian penjelasan Prof. KH Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah. Menurutnya, redaksi “Iyyaka” mengandung arti pengkhususan kepada Allah Swt. Artinya, ibadah yang dilakukan seorang Muslim tidak ditujukan kepada siapa pun, kecuali kepada Allah Swt.

Sementara kata “na’budu” bisa diterjemahkan dengan menyembah, mengabdi, atau taat. Dari akar kata yang sama, lahirlah kata “Abdullah” yang memiliki makna harfiah sebagai hamba Allah.

Dalam beberapa kamus, lafaz “Abd” atau “Abdi” mempunyai sekian banyak arti. Bahkan, di antaranya ada yang bertolak belakang. Kata tersebut bisa menggambarkan “kekokohan,” tapi juga bisa menunjukkan makna “kelemahlembutan.”

Baca: Menguak Misteri Makna Ar-Rahman dan Ar-Rahim

Menggambarkan kekokohan ketika kata “Abd” diartikan sebagai hamba sahaya atau bisa juga sebagai anak panah yang pendek dan lebar. Sedangkan yang menunjukkan makna kelemahlembutan adalah ketika kata tersebut diartikan sebagai tumbuhan yang memiliki aroma harum.

Oleh karena itu, menurut Prof. Quraish, seseorang disebut hamba berarti menunjukkan bahwa ia tidak punya apa-apa. Segala yang dimilikinya hanyalah milik tuannya. Seorang hamba diibaratkan sebagai anak panah yang dapat digunakan tuannya untuk tujuan yang dikehendakinya. Di saat yang sama, dia juga harus mampu memberi aroma yang harum bagi lingkungan sekitarnya.

Jika seseorang mengucapkan “Iyyaka na’budu,” berarti saat itu menunjukkan bahwa semua yang ada di jagat ini milik Allah Swt. Manusia tidak punya hak untuk memiliki apapun di dunia ini.

Baca: Nama Lain Surat Al-Fatihah

Maka, wajar jika QS. Al-Fatihah yang memiliki tema utama pengawasan akan kehadiran Allah Swt ini menjadi bacaan wajib dalam setiap rakaat salat. Tidak sah salat seseorang jika tidak membacanya, sebab substansi salat adalah menghadap sekaligus merasakan kebesaran-Nya.

Kaum sufi mengatakan ada perbedaan antara ibadah (pengabdian) dan ubudiyah (penghambaan diri) kepada Allah. Ibadah adalah melakukan hal-hal yang dapat membuat rida Allah, sedangkan ubudiyah adalah meridai apa yang dilakukan Allah. Dengan demikian, penghambaan diri kepada Allah lebih tinggi tingkatannya dari pada ibadah itu sendiri.

Sajian serial “Kajian Tafsir Al-Mishbah” ini diampu Mudir Ikhbar Foundation, Ustaz Sofhal Adnan dan diterbitkan satu episode dalam setiap pekannya.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.