Ikhbar.com: Sejumlah peristiwa memilukan tentang relasi buruk guru-murid yang viral belakangan ini menimbulkan keprihatinan di tengah masyarakat. Perangai kasar siswa yang menantang guru, misalnya, adalah tindakan yang sangat tidak bisa dimaklumi.
Dalam proses pendidikan, relasi guru-murid mesti dirawat keharmonisannya agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung sesuai tujuan. Hubungan yang baik di antara keduanya telah dicontohkan banyak tokoh sejarah. Antara lain, relasi yang dibangun Imam Syafii bersama murid-muridnya.
Baca: Doa Bisa Mengubah Segalanya, Kisah Inspiratif Imam Syafi’i dan Muridnya
Guru yang peduli
Mujtahid dan pendiri mazhab bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi’ ini memiliki hubungan yang akrab dan penuh rasa hormat dengan murid-muridnya.
Syekh Tajuddin Abdul Wahab bin Ali As-Subki dalam Thabaqat asy-Syafi’iyyah al-Kubra mengisahkan kepedulian Imam Syafii kepada salah satu muridnya, Rabi’ bin Sulaiman al-Muradi.
Murid yang sudah belajar kepadanya sejak berusia 10 tahun itu diketahui sebagai anak yang bati’ al-fahm (lambat memahami pelajaran). Ia kerap kesulitan memahami suatu persoalan yang diterangkan gurunya, meskipun sudah diulangi hingga 40 kali.
Namun, Imam Syafii tak berputus-asa kepada muridnya itu. Setiap usai mengajar, ia menyediakan waktu khusus untuk mengajari Rabi’ sampai paham.
قَالَ (أي الشافعي) لَهُ (أي المرادي) يَوْمًا مَا أحبك إِلَى وَقَالَ مَا خدمنى أحد قطّ مَا خدمنى الرّبيع بن سُلَيْمَان وَقَالَ لَهُ يَوْمًا يَا ربيع لَو أمكننى أَن أطعمك الْعلم لأطعمتك
“Imam Syafii berkata kepada Rabi’ al-Muradi, ‘Sungguh kau sangat aku cintai’ dan ia juga pernah berkata, ‘Tidak ada satu pun yang berkhidmat kepadaku sebagaimana Rabi’ bin Sulaiman (al-Muradi).’ Dan suatu hari Imam asy-Syafi’i pernah berkata, ‘Kalau aku mampu menyuapimu ilmu (seperti menyuapi makanan), maka aku akan menyuapimu,” tulis As-Subki, dikutip Ahad, 19 November 2023.
Baca: Kasih Sayang Guru menurut Kitab Ta’lim al-Muta’allim
Murid berbakti
Di sisi lain, Rabi’ adalah murid yang berbakti kepada sang guru. Ia senang melayani kebutuhan Imam Syafii, dengan selalu memenuhi perintahnya kapan pun dan di mana pun ia berada. Sehingga ia dipuji sebagai murid yang berbakti dan ikhlas.
Berkat itu, menurut As-Subki, Rabi’ menjadi salah satu murid Imam Syafii yang penting dalam menyebarkan mazhab Syafii. Sehingga Imam Syafii berkata kepadanya:
أَنْت راوية كتبى
“Engkau adalah periwayat tulisan-tulisanku.”
Rabi’ tidak menuliskan karangan, melainkan fokus meriwayatkan tulisan gurunya. Ia berumur panjang untuk mewariskan ajaran Mazhab Syafii dan hidup 64 tahun setelah gurunya wafat.