Ikhbar.com: Kitab Ta’lim al Muta’allim fi Thariqit Ta’allum (Panduan menuntut ilmu untuk pelajar) menjadi bacaan yang paling banyak dirujuk umat Islam di Indonesia, khususnya kalangan pesantren saat mempelajari adab dalam pencarian ilmu pengetahuan. Buku ini merupakan karya Syekh Burhanuddin Al-Zarnuji, ulama masyhur kelahiran Kazakhstan, yang ditulis pada 599 H/1203 M.
Ada 12 tema pendidikan dan pengajaran yang disampaikan Syekh Al-Zarnuji dalam Ta’lim al-Muta’allim. Pembahasan dimulai dari pemahaman tentang hakikat dan keutamaan ilmu, niat belajar, cara memilih ilmu, guru, dan teman.
Berikutnya, ada juga tema kewajiban menghormati ilmu dan guru. Pada bab ini, Imam Al-Zarnuji menekankan bahwa seorang murid tidak akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan tidak akan bisa memanfaatkan ilmu yang didapat jika tidak menghormati ilmu, ahlinya, guru, dan orang-orang di sekitarnya.
Bab selanjutnya berisi tentang kesungguhan, ketekunan, dan cita-cita. Kemudian disambung dengan pembahasan permulaan belajar, standar, dan urutannya. Lalu dilanjut tentang kepasrahan setelah belajar. Di bab ini, pata murid dianjurkan untuk bertawakal dan menyucikan diri dari dosa agar proses belajar dan ibadah berjalan dengan baik.
Baca: Guru di Gaza: Saya Sangat Rindu Murid Kelas Lima, Ya Allah! Jaga Mereka
Tidak hanya bicara kewajiban murid
Secara garis besar, Ta’lim al Muta’allim menekankan tentang pentingnya seorang murid untuk memuliakan gurunya dengan sebaik mungkin. Para pelajar harus bertutur kata dan berperangai baik, rela membantu, serta melakukan segala amal kebaikan yang membahagiakan sang guru.
Namun, sebenarnya penekanan itu tidak hanya dianjurkan kepada para murid belaka. Ada tanggung jawab besar yang ditekankan Imam Al-Zarnuji bagi para guru saat memberikan pengajarannya, yakni harus melalui kasih sayang yang tiada batas kepada para peserta didiknya.
Dalam membahas ini, Syekh Al-Zarnuji menekankan metode kasih sayang itu dituangkan dalam Ilqa’ al-Nasihah (Pemberian nasihat). Di dalam kitabnya, Syekh Al-Zarnuji menjelaskan:
“Dan seharusnya orang yang mempunyai ilmu itu harus memiliki sifat kasih sayang, memberi nasihat baik, dan terbebas dari iri dengki,” tulis Al-Zarnuji.
Baca: 10 Hadis tentang Guru
Kasih sayang sebagai metode
Menurut Al-Zarnuji, kasih sayang merupakan salah satu hal yang perlu dijadikan landasan dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Kasih sayang bisa menjadi media paling tepat dalam rangka membantuk karakter yang baik bagi para peserta didik.
Melalui metode kasih sayang, lanjut Syekh Al-Zarnuji, maka akan terjalin sebuah kedekatan emosional antara murid dan guru. Dengan kedekatan itu, maka guru akan lebih mudah dalam memberikan nasihat, arahan, dan bimbingan.
Menurut Al-Zarnuji, metode pemberian nasihat merupakan proses pemasangan parameter ke dalam jiwa anak sehingga bisa menjadikannya sebagai paradigma berpikir. Untuk itu, Syeikh Al-Zarnuji mengisyaratkan bahwa guru harus terlebih dahulu mampu membersihkan dirinya dari segala sifat tercela agar nasihat yang diberikan bisa membekas ke dalam relung sanubari para pelajar.