Ikhbar.com: Dosen Monash University, KH Nadirsyah Hosen menyebutkan banyak redaksi hadis yang dipahami masyarakat tekstual.
Dalam buku Saring Sebelum Sharing (2019), Gus Nadir, sapaan akrabnya, menjelaskan, saat ini mulai muncul gejala pemahaman tekstualis di kalangan generasi muda Indonesia.
“Di media sosial kerap dijumpai kutipan-kutipan hadis yang tanpa disertai penjelasan. Ini dilakukan oleh banyak anak muda yang sepertinya hanya mengikuti tren belaka,” tulis Rais Syuriah PCINU Australia dan New Zeland itu.
Gus Nadhir menilai bahwasannya fenomena tersebut mengkhawatirkan. Pasalnya, dikhawatirkan akan timbul pemahaman masyarakat yang menganggap bahwa dalil itu hanya sebatas Al-Qur’an dan Hadis.
“Ketika seseorang sudah mengutip ayat Al-Qur’an dan Hadis, mereka dianggap sudah selesai permasalahannya,” kata Gus Nadhir.
Pemahaman tersebut berbeda menurut ulama fikih. Gus Nadhir menjelaskan bahwasannya ulama fikih berpendapat tidak semua hadis sahih bisa langsung diamalkan.
“Siapa tahu hadis tersebut sudah di-mansukh (tidak berlaku hukumnya). Sedangkan untuk mengetahui nasikh-mansukh itu ada ilmunya. Tetapi bagi masyarakat mereka akan menggunakan hadis sahih untuk memutuskan suatu perkara,” jelasnya.
Ia berharap kepada para kiai dan santri untuk ikut andil memberikan penjelasan terkait teks Al-Qur’an dan Hadis di media sosial.
“Kita juga harus mengikuti tren yang ada untuk menjelaskan. Tentunya dengan bahasa yang mudah agar dapat diterima oleh masyarakat,” kata Gus Nadhir.