Ikhbar.com: Pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji Yogyakarta, KH Miftah Maulana Habiburrahman menyebut salah satu munculnya bibit radikalisme berawal dari kebencian kepada pemimpin.
Dikutip dari tayangan YouTube Gus Miftah Official yang diunggah pada Kamis, 23 Februari 2023, Gus Miftah mengaku kerap menyaksikan pemuda yang belajar agama namun membenci pemerintah.
“Saya mendapati anak-anak belajar agama, tetapi kemudian muncul kebencian yang tinggi kepada negara. Saya melihat kecenderungan itu karena provokasi guru agama yang salah,” ujar Gus Miftah.
Jika benci kepada pemerintah, kata Gus Miftah, maka imbasnya mereka akan mengkritik tanpa etika.
Ia mencontohkan dengan isu penolakan kenaikan BBM di Gorontalo. Saat itu, ada mahasiswa yang demo kemudian menghina Presiden Jokowi dengan melontarkan kata-kata kotor.
Hal itu menurut Gus Miftah yang ditonjolkan bukan kritikan, melainkan kebencian. “Untuk memberikan kritik itu perlu adanya etika, yakni sopan dan santun,” tuturnya.
Dalam video tersebut, Gus Miftah pernah menemukan salah satu guru di Boyolali yang mengharamkan murid untuk hormat kepada merah putih.
“Karena tindakan tersebut dianggap musyrik, merah putih kok disembah. Termasuk sewaktu pandemi, ada guru yang mengatakan Pancasila merupakan bid’ah dan mencintai negara adalah kafir,” ujar penceramah yang identik dengan rambut gondrong itu.
Ia mencontohkan, alasan Rasulullah Saw cinta terhadap tanah airnya, karena Nabi Muhammad lahir di Arab, besar di Arab, dan berjuang di Arab, hingga wafat serta dimakamkan di tanah Arab.
“Saya mencintai Indonesia, karena saya lahir di Indonesia, besar di Indonesia, berjuang di Indonesia, cari makan-minum di Indonesia, dan (jika) besok mati pun dimakamkan di Indonesia. Itulah alasan saya atau pun kita, harus mencintai Indonesia. Sesimpel itu,” jelas dia.
Meski demikian, Gus Miftah tetap akan mengkritik pemerintah jika terdapat kesalahan. “Buktinya saya pernah mengkritik Pemerintahan Joko Widodo yang saat itu mengeluarkan kebijakan Surat Keputusan Presiden tentang legalitas miras (minuman keras),” terang Gus Miftah.
Saat itu, Gus Miftah tak tinggal diam. Ia mengumpulkan beberapa jurnalis untuk menggelar konferensi pers berkaitan penolakan tersebut.
Alasan Gus Miftah menolak kebijakan tersebut karena menurutnya dalam Al-Qur’an sudah jelas bahwa minuman keras mutlak haram untuk dikonsumsi maupun diperjualbelikan.
“Keharaman khamr dalam Al-Qur’an itu mutlak tidak bisa ditawar. Mohon izin minuman keras yang layak dikonsumsi hanya satu, es batu,” ujarnya sambil terkekeh.