Ikhbar.com: Tahun ajaran baru identik dengan kegiatan perkenalan dan semangat siswa dalam memulai proses belajar. Namun, di balik suasana yang menggembirakan itu, sering kali tersembunyi potensi terjadinya tindakan bullying atau perundungan di lingkungan sekolah.
Bullying bukanlah perkara sepele. Korban perundungan berisiko mengalami luka psikologis yang mendalam, merasa tertekan, kehilangan rasa percaya diri, hingga enggan datang ke sekolah. Dampaknya bisa bertahan dalam jangka panjang dan memengaruhi perkembangan mental maupun sosial.
Karena itu, semua pihak, guru, siswa, orang tua, dan lingkungan sekitar, perlu peka, tanggap, dan berani bertindak bila melihat gejala perundungan.
Islam menaruh perhatian besar terhadap relasi sosial antarmanusia, termasuk etika pergaulan di sekolah. Setiap individu diajarkan untuk saling menghormati, menjaga lisan, dan menghindari sikap menyakiti, baik secara fisik maupun verbal.
Nilai-nilai seperti kasih sayang, tolong-menolong, dan menjauhi permusuhan menjadi pondasi penting dalam membangun suasana belajar yang sehat dan harmonis.
Ajaran ini sejalan dengan upaya mencegah bullying. Islam dengan tegas melarang perilaku yang merugikan orang lain. Sebagai pedoman hidup, Al-Qur’an memberikan arahan yang jelas dalam membentuk pribadi yang santun dan penuh penghargaan terhadap sesama.
Berikut ini lima tips anti-bullying dari Al-Qur’an yang bisa diterapkan, terutama di lingkungan sekolah.
Baca: Benarkah Bullying Justru Pererat Keakraban?
1. Tanamkan harga diri sebagai makhluk mulia
Menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang dimuliakan Allah dapat menumbuhkan penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain. Kesadaran ini akan membentuk sikap bijak dalam pergaulan dan menjauhkan dari tindakan yang menyakiti.
Dalam QS. Al-Isra: 70, Allah Swt berfirman:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا
“Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.”
Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir al-Munir menegaskan bahwa kemuliaan manusia tercermin dari penciptaannya yang paling sempurna, terutama karena dianugerahi akal. Dengan akal, manusia dapat memahami ilmu, mengelola kehidupan, dan membangun peradaban.
Maka, sebagai makhluk yang dimuliakan, manusia seharusnya menggunakan potensi ini dengan bijaksana dan bertanggung jawab.
Baca: Sikap Nabi saat Melihat Abu Bakar Dibully
2. Jauhi sifat mengejek dan memberi julukan buruk
Mengejek teman atau memberi julukan buruk sering kali dianggap bercanda, padahal dapat melukai perasaan dan menciptakan ketidaknyamanan dalam lingkungan sekolah. Perilaku seperti ini tidak hanya merusak suasana belajar, tetapi juga merendahkan martabat orang lain.
Dalam QS. Al-Hujurat: 11, Allah Swt berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim.”
Imam Al-Qurthubi dalam Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an menjelaskan bahwa ayat ini melarang segala bentuk penghinaan, karena meremehkan orang lain bisa menjadi bentuk kezaliman dan kesombongan.
Dalam banyak kasus, orang yang direndahkan justru lebih mulia di sisi Allah daripada yang meremehkannya.
Baca: Pesantren Rumah Keakraban, bukan Perundungan
3. Pilih lingkungan dan teman yang baik
Lingkungan yang positif sangat berpengaruh dalam membentuk karakter dan mencegah perilaku menyimpang. Berteman dengan orang-orang baik akan membangun kebiasaan yang sehat, memperkuat semangat belajar, dan menjauhkan dari perundungan.
Allah Swt berfirman dalam QS. Al-Kahfi ayat 28:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ عَنْهُمْۚ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَلَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ وَكَانَ اَمْرُهٗ فُرُطًا
“Bersabarlah engkau (Nabi Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari dengan mengharap keridaan-Nya. Janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya melewati batas.”
Imam Al-Maraghi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa perintah untuk bersabar bersama orang-orang saleh menunjukkan pentingnya bergaul dengan mereka. Meski miskin atau tak berpengaruh secara duniawi, mereka memiliki nilai spiritual tinggi. Pergaulan dengan orang semacam ini membentuk pribadi yang lurus dan tahan godaan negatif.
Baca: Ini Bedanya Bercanda dengan Bullying menurut Psikolog
4. Belajar berani menyampaikan ketidaknyamanan
Mengungkapkan perasaan ketika merasa tidak nyaman adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan mental. Dalam lingkungan sekolah, siswa perlu diberi ruang untuk menyampaikan keluhan atas perlakuan tidak menyenangkan dengan cara yang baik dan jujur.
Dalam QS. Asy-Syura: 39, Allah Swt berfirman:
وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَهُمُ الْبَغْيُ هُمْ يَنْتَصِرُوْنَ
“(juga lebih baik dan lebih kekal bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim, mereka membela diri.”
Syekh Nawawi al-Bantani dalam Marah Labid menegaskan bahwa ayat ini membolehkan membela diri dari kezaliman. Namun, sikap tersebut harus disertai keinginan untuk memaafkan dan membangun perdamaian.
Prinsip keadilan dan kebijaksanaan dalam menyikapi konflik menjadi hal yang ditekankan dalam Islam.
Baca: Pendidikan Akhlak Jadi Kurikulum Jitu Cegah Perilaku Bullying
5. Balas kejahatan dengan kebaikan
Membalas kejahatan dengan kebaikan bukan berarti lemah, melainkan mencerminkan kemuliaan akhlak. Dalam konteks sekolah, siswa yang diperlakukan tidak baik bisa memilih membalasnya dengan sikap positif agar rantai kekerasan berhenti.
Dalam QS. Fussilat: 34, Allah Swt berfirman:
وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۗاِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ فَاِذَا الَّذِيْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهٗ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهٗ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ
“Tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan perilaku yang lebih baik sehingga orang yang ada permusuhan denganmu serta-merta menjadi seperti teman yang sangat setia.”
Prof. Dr. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah menyebut bahwa sikap ini mampu melunakkan hati lawan. Balasan yang baik dapat meruntuhkan tembok permusuhan dan mengubahnya menjadi hubungan penuh kedamaian.
Dengan menerapkan kelima prinsip Al-Qur’an ini, sekolah bukan hanya menjadi tempat menuntut ilmu, tetapi juga ruang untuk membentuk pribadi yang kuat, sehat secara mental, dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.