Ikhbar.com: Selain menaati perintah Allah Swt, berpuasa Ramadan juga dipercaya membawa sejumlah manfaat. Tidak hanya terhadap tubuh, rukun Islam ketiga itu diyakini mampu memberikan pengaruh positif bagi jiwa manusia.
Keyakinan tersebut seperti yang tertuang pada dalil kewajiban puasa di bulan Ramadan, yakni QS. Al-Baqarah: 183. Allah Swt berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Baca: Ahli Gizi Inggris Putuskan Mualaf usai Terkesima Keajaiban Puasa
Ditopang niat
Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Azim menjelaskan, perintah puasa yang dimaksud pada ayat tersebut bukan sekadar menahan diri dari makan, minum, dan jimak, melainkan harus didasari dengan niat karena Allah Swt.
“Puasa di bulan Ramadan juga sebaiknya diniatkan untuk membersihkan jiwa dan raga dari amal-amal buruk dan tercela. Hal itu dilakukan sebagai cara untuk mempersempit gerak setan dalam menggoda manusia,” kata Imam Ibnu Katsir.
Menurutnya, Allah menyebutkan kewajiban berpuasa sudah ada pada umat sebelumnya merupakan sindiran bagi umat Muslim.
“Selayaknya umat Islam lebih bersungguh-sungguh menunaikan dan menyempurnakannya menjadi lebih baik dari pada umat sebelumnya,” jelasnya.
Baca: Kenalkan Ramadan sebagai Bulan Menyenangkan bagi Anak-anak
Khusus bagi yang beriman
Imam Al-Alusi dalam Tafsir Ruuhul Ma’ani menegaskan, puasa Ramadan dimaksudkan untuk melatih dan menguji umat Islam dalam mengikuti perintah Allah. Ia mengatakan, hanya orang-orang beriman yang dapat melaksanakannya dengan khidmat dan ikhlas.
“Di awal ayat tersebut Allah menggunakan kata ‘orang-orang beriman.’ Hal itu dimaksudkan agar mereka yang memiliki iman di dalam hati tersentuh dan tergerak untuk mengerjakannya,” katanya.
Lebih lanjut, Imam Al-Alusi menyebutkan, perintah puasa Ramadan tersebut erat kaitannya dengan keimanan. Maka dari itu, Allah Swt hanya menerima puasa dari jiwa-jiwa yang terdapat iman di dalamnya.
“Puasa merupakan tanda kesempurnaan keimanan seseorang,” tegasnya.
Iman secara bahasa artinya percaya atau membenarkan. Hal itu sebagaimana disebutkan dalam QS. Yusuf: 17. Allah Swt berfirman:
… وَمَآ اَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَّنَا وَلَوْ كُنَّا صٰدِقِيْنَ
“Engkau tentu tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami berkata benar.”
Penjelasan terkait iman juga terdapat dalam sebuah hadis Nabi Saw:
الإيمان أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره
“Iman adalah engkau mengimani Allah, mengimani Malaikat-Nya, mengimani Kitab-kitab-Nya, mengimani para Rasul-Nya, mengimani hari kiamat, mengimani qada dan qadar, yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim).