Ikhbar.com: Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Gaza menyebut sudah ada lebih dari 15 ribu warga Palestina yang terbunuh sejak agresi Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Mereka menegaskan, sebanyak 70% dari total korban jiwa itu merupakan anak-anak dan perempuan.
Kemenkes Gaza juga mengungkapkan bahwa sekitar 41.316 warga Palestina mengalami luka-luka.
Sebagian ulama sepakat bahwa korban genosida Israel di Gaza dihukumi sebagai syuhada (orang-orang yang mati syahid). Hal ini juga pernah disampaikan Ketua Bidang Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Asrorun Niam.
“Mereka yang wafat dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan negara Palestina dihukumi mati syahid,” katanya, dikutip dari laman MUI, Selasa, 5 Desember 2023.
Baca: #JulidFiSabilillah, Bolehkah ‘Nyinyir’ Disetarakan dengan Jihad?
Mati syahid menurut Al-Qur’an
Oleh Al-Qur’an, para syuhada digambarkan tidak benar-benar mati. Dalam QS. Al-Baqarah: 154, Allah Swt berfirman:
وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُّقْتَلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتٌ ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَشْعُرُوْنَ
“Janganlah kamu mengatakan bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Namun, (sebenarnya mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.”
Dalam Al-Jami’ li Ahkami Al-Qur’an, Imam Al-Qurthubi menyebutkan bahwa QS. Al-Baqarah: 154 sejatinya menjelaskan tentang balasan bagi orang-orang beriman yang gugur di jalan Allah Swt.
“Jika orang beriman wafat sebagai syahid, maka akan dibalas dan diberi nikmat berupa kehidupan, juga rezeki yang tidak terduga,” jelasnya.
Selain itu, ayat tersebut juga menjadi dalil adanya kehidupan setelah kematian. Jika orang-orang beriman wafat, maka di alam kubur akan mendapatkan nikmat.
“Sedangkan jika yang meninggal orang-orang kafir, maka akan mendapat siksa kubur. Sehingga orang-orang yang gugur di jalan Allah Swt tidaklah mati begitu saja, melainkan terdapat karunia Allah bagi mereka berupa kehidupan setelah meninggal. Hal itulah yang tidak dapat diketahui oleh orang-orang yang masih hidup,” jelas Imam Al-Qurthubi.
Menurutnya, QS. Al-Baqarah: 154 juga dijelaskan pada ayat lain, yakni QS. Ali Imran: 169-170. Allah Swt berfirman:
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ فَرِحِيْنَ بِمَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۙ وَيَسْتَبْشِرُوْنَ بِالَّذِيْنَ لَمْ يَلْحَقُوْا بِهِمْ مِّنْ خَلْفِهِمْ ۙ اَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۘ
“Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya, mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya. Mereka bergembira dengan karunia yang Allah anugerahkan kepadanya dan bergirang hati atas (keadaan) orang-orang yang berada di belakang yang belum menyusul mereka, yaitu bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
Baca: 5 Watak Buruk Kaum Yahudi menurut Al-Qur’an
Imam Al-Qurthubi menjelaskan, para syuhada sejatinya tetap hidup. Meski secara fisik telah tiada, tetapi jiwa atau ruh mereka masih terus hidup di alam yang berbeda.
“Kemudian orang-orang tersebut diberi rezeki dengan adanya kehidupan baru di alam lain. Adanya orang-orang yang syahid atau gugur di medan tempur meninggalkan kesan juga nama baik bagi orang-orang yang masih hidup,” katanya.
Ia menjelaskan, pendapat tersebut sebagaimana dijelaskan dalam hadis Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan Abu Dawud, bahwa ruh para syuhada berada di perut-perut burung hijau. Burung-burung itu kemudian mendatangi sungai-sungai surga dan memakan buah-buahannya, kemudian pulang ke lampu-lampu yang menempel di ‘Arsy.