QS. Fushilat Ayat 34-35: Berbuat Baiklah sekalipun terhadap yang Jahat

Dua orang muslimah saling berbuat baik dan memaafkan. Dok SHUTTERSTOCK

Ikhbar.com: Islam menuntut penganutnya untuk selalu berbuat baik kepada siapa pun, tak terkecuali terhadap orang-orang yang pernah menyakitinya.

Sikap tersebut telah dibuktikan Rasulullah Muhammad Saw. Nabi Saw tetap menggunakan cara yang lembut ketika berdakwah. Dalam QS. Fushilat: 34-35, Allah Swt berfirman:

وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ هِي َ اَحْسَنُ فَاِذَا الَّذِيْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهٗ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهٗ وَلِ يٌّ حَمِيْمٌ

“Tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan perilaku yang lebih baik sehingga orang yang ada permusuhan denganmu serta-merta menjadi seperti teman yang sangat setia.”

وَمَا يُلَقّٰىهَآ اِلَّا الَّذِيْنَ صَبَرُوْاۚ وَمَا يُلَقّٰىهَآ اِلَّا ذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ

“(Sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidak (pula) dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.”

Baca: Salah Kaprah tentang Penyakit Ain, Begini Definisi dan Reaksi Sebenarnya

Kebaikan meluluhkan kejahatan

Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir menjelaskan, ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan Abu Sufyan bin Harb yang merupakan musuh Nabi Saw yang sangat membahayakan. Akan tetapi, berkat kesabaran dan kemuliaan akhlak Rasulullah, Abu Sufyan kemudian menjadi sahabat karib yang setia.

Menurutnya, ayat tersebut merupakan perintah kepada para dai (pendakwah) untuk menolak perbuatan orang jahat dengan berbuat baik kepadanya, yaitu dengan perkataan dan perbuatan yang baik.

“Selain itu, seorang dai juga selayaknya memberi maaf terhadap perbuatan yang salah, menghadapi kemarahan dengan kesabaran, dan menolak dari perbuatan yang menyimpang serta perbuatan keji,” jelasnya.

Baca: Beda Akhlaq, Khalq, dan Khuluq

Tingkatan kebaikan

Sementara itu, dalam Tafsir Al-Mishbah, Prof. KH Muhammad Quraish Shihab menjelaskan, QS. Fushilat: 34 mengisyaratkan adanya tingkatan kebajikan, sebagaimana tingkatan pada tindak kejahatan. Yakni, tidak sama peringkat kebajikan dan pelakunya.

“Ada kebajikan yang mencapai puncak dan ada juga yang biasa saja. Ada kebajikan yang sangat baik, seperti memaafkan sekaligus berbuat baik kepada yang bersalah, ada juga yang hanya baik, seperti sekadar memaafkan tanpa berbuat baik,” tulis Prof. Quraish.

Lebih lanjut, Prof. Quraish mengatakan, ayat tersebut menganjurkan seorang Muslim untuk berusaha berbuat baik kepada lawan selama dia adalah seorang manusia bukan setan. Sebab permusuhan setan bersifat abadi.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.