Ikhbar.com: Rabiul Awal menjadi salah satu bulan istimewa dalam kalender hijriah. Di dalam bulan ketiga penanggalan Islam ini, terdapat peringatan hari lahir Rasulullah Muhammad Saw yang kemudian disebut dengan Maulid Nabi.
Di bulan ini, umat Muslim dianjurkan untuk bergembira karena rahmat Allah Swt atas kelahiran Nabi Muhammad Saw ke dunia. Anjuran untuk bersuka cita ini bahkan tercantum di dalam Al-Qur’an.
Berikut sejumlah ayat yang menjelaskan tentang kelahiran Nabi Muhammad Saw:
Baca: Nama-nama Lain Nabi Muhammad
Bergembiralah
Allah Swt berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ
“Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya itu, hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58).
Imam Al-Alusi dalam Tafsir Ruuhul Ma’aani menjelaskan ayat di atas dengan menghubungkannya pada sebuah hadis.
“Imam Abusysyeikh meriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas Ra, ‘Sesungguhnya al-fadhl (karunia Allah) adalah ilmu, dan sesungguhnya arrahmah (rahmat Allah) adalah Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam”.
Berbeda dengan Imam Al-Alusi, Imam Ibn ‘Atiyyah dalam Tafsir Wajiz menjelaskan makna karunia dan rahmat menjadi empat penjelasan.
Pertama, pendapat yang dinukil dari Ibn Abbas, bahwa “fadlillah” adalah “al-Islam” dan “rahmatihi” adalah Al-Qur’an. Kedua, dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa “fadlillah” adalah Al-Qur’an dan “rahmatihi” merupakan para ahlinya (ahlulqur’an). Ketiga, dari Zaid bin Aslam dan Ad-dahak, kebalikan dari yang pertama, “fadlillah” adalah Al-Qur’an dan “raḥmatihi” adalah Al-Islam. Sementara yang terakhir, dari Fariqah, bahwa “fadlillah” adalah Nabi Muhammad Saw dan “rahmatihi” adalah Al-Qur’an.
Pendapat terakhir yang menyebutkan “fadlillah” adalah Nabi Muhammad Saw didukung penafsiran Syekh Makarim Asy-Syirazi dalam Tafsir Al-Amtsal. Ia menyebutkan bahwa memang dalam banyak riwayat disebutkan “fadlillah” atau karunia Ilahi yang dimaksud adalah wujud Nabi Muhammad Saw dengan kenabiannya.
Di akhir penafsirannya, ia menjelaskan bahwa keberagaman pemaknaan tersebut tidak bertentangan satu sama lain, melainkan keseluruhannya terkandung dalam frasa “fadlillah” dan “rahmatihi.”
Nabi adalah rahmat
Allah Swt berfirman:
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
“Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107).
Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Azim menjelaskan, melalui ayat ini Allah Swt memberitahukan bahwa Dia menjadikan Muhammad Saw sebagai rahmat untuk seluruh semesta alam. Dengan kata lain, Dia (Allah) mengutus Nabi Saw sebagai rahmat buat mereka. Maka barang siapa yang menerima rahmat ini dan mensyukurinya, berbahagialah ia di dunia dan akhiratnya. Barang siapa yang menolak serta mengingkarinya, maka merugilah ia di dunia dan akhiratnya.
Sementara itu, Prof. KH Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan, penyebutan Rasulullah sebagai rahmat merupakan pujian agung Allah kepadanya. Karena tidak ditemukan dalam Al-Qur’an seorang pun dan tidak juga satu makhluk pun yang disifati dengan sifat rahmat oleh Allah Swt, kecuali Rasulullah Muhammad Saw. Ini seakan-akan sifat rahmat merupakan hak istemewa baginya.
Baca: Rekomendasi Film Biopik Rasulullah Muhammad, Cocok Diputar saat Libur Maulid Nabi
Sebagai Karunia
Allah Swt berfirman:
لَقَدْ مَنَّ اللّٰهُ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ بَعَثَ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْ اَنْفُسِهِمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَۚ وَاِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
“Sungguh, Allah benar-benar telah memberi karunia kepada orang-orang mukmin ketika (Dia) mengutus di tengah-tengah mereka seorang Rasul (Muhammad) dari kalangan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab Suci (Al-Qur’an) dan hikmah. Sesungguhnya mereka sebelum itu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali-Imran: 164).
Syekh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di dalam Tafsir As-Sa’di menjelaskan, ayat tersebut merupakan penegaskan bahwa Nabi Muhammad yang diutus sebagai nabi akhir zaman merupakan karunia yang paling agung dan paling mendasar bagi bangsa Arab dan umat Islam seluruhnya. Dengan diutusnya Nabi Muhammad Saw, Allah menyelamatkan bangsa Arab ketika itu dari kesesatan dan memelihara mereka dari kehancuran.
“Di sini Allah menegaskan dengan diutusnya Nabi Muhammad Saw, seharusnya orang Arab bangga dan mengimani kenabiannya. Sebab tujuan Allah mengutus Muhammad sebagai nabi karena sudah jelas garis keturunannya, termasuk dari golongan bangsa Arab, dari kaum Arab, yang mana menjadi pemberi nasehat dalam tradisi jahiliyah yang penuh kegelapan,” jelas Syekh Abdurrahman.