Mengakrabi Ramadan nan Lengang di Jepang

Pemandangan di Negeri Jepang. Dok Shutterstock

Ikhbar.com: Rusa-rusa itu rupanya tak waswas dengan lalu lalang manusia. Mereka malah membungkuk, seolah benar-benar paham bahwa wisatawan yang datang akan selalu memberinya makan.

Sekitar seribuan rusa berkeliaran di Nara Park, Perfektur (Wilayah administrasi dan yurisdiksi tingkat satu) Nara, Jepang. Konon, hewan bernama lain menjangan itu memang akrab dengan isyarat manusia, termasuk dengan gerakan lambaian tangan yang menjadi penanda ucapan selamat tinggal.

Nara Park adalah destinasi favorit Saefudin, pekerja asal Indonesia yang sudah empat tahun tinggal dan bekerja di Negeri Sakura. Di setiap Ramadan, ia kerap menghabiskan waktu untuk ngabuburit di sana. Di taman itu, Saefudin mengaku gemar bermain dengan rusa atau sekadar melihat-lihat pagoda yang berusia ratusan tahun lamanya.

Belum lagi, Saefudin menyebut kesempatan menunggu beduk magrib dengan jalan-jalan adalah barang mahal. Pasalnya, ia hanya memiliki sisa waktu longgar di akhir pekan setelah enam hari kerja nyaris tanpa jeda.

“Di Perfektur Nara jumlah Muslim masih sedikit. Untuk mengetahui waktu salat dan berbuka, kami mengikuti jadwal imsakiyah yang diterbitkan Masjid Istiqlal Osaka (MIO), Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU), atau pun dari Muhammadiyah. Di sini, tak akan terdengar azan, apalagi peringatan imsak,” ungkapnya kepada Ikhbar.com, Ahad, 9 April 2023.

Kawanan rusa di Nara Park, Jepang. Dok Istimewa

MIO yang merupakan masjid terbesar di Osaka itu belum lama diresmikan Wakil Presiden RI, KH Ma’ruf Amin, tepatnya pada 6 Maret 2023 lalu. Banyak diaspora Indonesia yang tinggal di Perfektur Nara melaksanakan tarawih di sana.

“Lama perjalanan dari Nara ke Osaka sekitar 30 menit jika ditempuh dengan kereta. Di MIO juga tersedia toko halal,” kata pria asal Bekasi yang kini magang di Toyo Seal, co.Ltd. itu.

Selama di Jepang, ia mengaku lebih sering menikmati Ramadan sendirian. Sebab, ia dan rekan-rekan kerjanya yang sesama warga negara Indonesia (WNI) memiliki jadwal yang berbeda-beda.

Guna memenuhi kebutuhan berbuka puasa, Saefudin pun kerap memasak sendiri. Yang paling sering ia sajikan adalah gorengan bakwan dan pisang cokelat. Katanya, menu ringan itu sedikit banyak mampu mengobati kerinduannya terhadap Indonesia.

“Jika tidak sempat memasak, saya biasa membeli takoyaki, ramen, atau mochi di minimarket,” katanya.

Waspada terorisme

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Jepang mengimbau warganya agar berhati-hati ketika hendak melakukan perjalanan ke luar negeri selama bulan Ramadan. Mereka pun menggunakan kata kunci “tabiregi” dalam mengumpulkan informasi.

Saefudin, warga Indonesia di Jepang. Dok Istimewa

Pemerintah Jepang mengeklaim, edaran tersebut merupakan bagian dari bentuk kewaspadaan atas eskalasi tindakan terorisme di Irak dan Levant (ISIL) pada tahun lalu.

“Kalau dari Pemerintah sendiri tidak ada larangan apa pun (untuk beraktivitas selama Ramadan), tapi imbauan dari perusahaan saya agar lebih berhati-hati dalam bekerja,” ungkapnya.

Idulfitri serbasendiri

Tidak ada gegap gempita kala Lebaran seperti halnya di Indonesia. Tiap-tiap Muslim di Perfektur Nara merayakan seadanya bersama sesama WNI yang tinggal berdekatan.

Pagoda berusia ratusan tahun di Nara Park, Jepang. Dok Istimewa

Sudah barang tentu, Saefudin mengaku amat rindu bisa menikmati suasana Idulfitri di Tanah Air. Alumnus Pondok Pesantren Al-Firdaus Buntet Cirebon, Jawa Barat itu juga mengatakan sudah begitu lama tidak bertemu dan sungkeman ke kedua orang tuanya.

“Dua tahun terakhir baru berkesempatan Salat Id di masjid semenjak berdirinya MIO. Sebelumnya, salat hanya digelar di apartemen,” pungkasnya.

Di sepanjang Ramadan 1444 H/2023 M, Ikhbar.com menyajikan liputan dan wawancara khusus bersama jejaring dari berbagai belahan negara di dunia. Temukan kisah-kisah menarik lainnya dalam program “Ramadan di Negeri Orang” edisi berikutnya.

Baca artikel kami lainnya di Google News.