Ikhbar.com: Sekembalinya dari langit usai menerima perintah salat lima waktu, Nabi Muhammad Saw dilanda kecemasan. Rasulullah sudah sangat memastikan, kaumnya tidak akan begitu saja menerima kebenaran dari peristiwa isra mikraj yang baru saja dijalaninya.
Keesokan harinya, Nabi berjumpa dengan Abu Jahal. Pria bernama asli Amr bin Hisyam yang cenderung melulu memusuhi Rasulullah ini menanyakan kabar dan hal ihwal apa yang baru saja Nabi dapatkan.
Ibnu Hisyam, dalam Sirah Nabawiyah menceritakan bahwa dengan tenang dan sabar Nabi pun mengisahkan dengan detail peristiwa dahsyat yang baru saja dialaminya. Dari mulai pergi ke Baitul Maqdis, Palestina dengan waktu tempuh sekilat saja, naik ke langit menjumpai para pendahulunya, serta menerima perintah kewajiban salat yang harus disampaikan kepada umatnya.
Abu Jahal tersenyum kecut. Ia kepalang menuduh Nabi berbohong. Akan tetapi, Abu Jahal menahan bantahannya. Dengan berniat mempermalukan Rasulullah, ia lebih memilih berkata, “Bagaimana pendapatmu jika aku memanggil kaummu?”
Nabi pun menjawab, “Silakan.”
Abu Jahal langsung pergi memanggili penduduk Mekkah. Tak butuh waktu lama, mereka datang mengerumuni Nabi dan meminta diceritakan kembali apa yang telah Rasulullah sampaikan kepada Abu Jahal.
Rasulullah memenuhi permintaan mereka dengan mengulang penjelasannya persis seperti yang telah diceritakan kepada Abu Jahal. Dan benar saja, mereka pun tak gampang percaya dan langsung menuduh Nabi sebagai pendusta.
Untungnya, di antara kerumunan ada orang yang merasa pernah pergi ke Palestina. Dia bertanya, “Wahai Muhammad bin Abdullah, kalau benar kamu ke Baitul Maqdis semalam, ceritakan kepada kami bagaimana wujud dan bentuknya?”
Baru saja pertanyaan itu meluncur, Allah Swt mengangkat Baitul Maqdis ke atas sehingga bisa dilihat Rasulullah secara gamblang.
Nabi pun, menjabarkan secara rinci dari mulai waktu tempuh, wilayah, hingga struktur bangunannya dengan lengkap.
Para penduduk Mekkah kian heran. Sebab, apa yang dikatakan Nabi Muhammad adalah benar. Akan tetapi secara akal, jarak Mekah-Palestina yang terbentang lebih dari 1.500 kilometer panjangnya itu paling cepat hanya bisa ditempuh selama 40 hari sekali jalan.
“Penjelasan Muhammad tepat dan benar. Tetapi kami tetap tidak mempercayainya.” Sanggah orang tersebut. Setelah itu, mereka pun bubar dengan menyimpan kegusaran.
Cerita perjalanan ajaib Nabi itu kemudian menyebar seantero Mekkah. Sekali waktu, sosok bernama Abu Bakar mendengar kisah isra mikraj dari mulut seseorang.
Menanggapi hal tersebut, Abu Bakar bilang, “Demi Allah, jika benar Muhammad mengatakannya, maka ia benar. Apa yang membuat kalian heran?”
Pria bernama asli Abdullah bin Abu Quhafah itu menambahkan, “Demi Allah, sesungguhnya Muhammad memberitahukan kepadaku bahwa wahyu telah turun kepadanya dari langit ke bumi saat malam atau siang hari. Ini lebih besar dari masalah yang membuat kalian terheran itu!”
Mendapat informasi tentang perjalanan suci Nabi, Abu Bakar langsung pergi menemui dan menanyakan langsung kepada Rasulullah.
“Engkau benar, aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah,” jawab Abu Bakar, setelah mendengarkan cerita itu dari Nabi.
“Wahai Abu Bakar, engkau adalah As-Shiddiq,” kata Nabi.
Sejak itulah, Abu Bakar mendapat predikat As-Shidiq di kalangan orang-orang yang beriman. Gelar itu, memang layak diberikan kepada sosok yang selalu mengapresiasi positif setiap kabar dari Nabi, laki-laki yang tanpa ragu dan percaya atas kebenaran yang disampaikan Rasulullah.