Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, redaksi Ikhbar.com. Perkenalkan, saya Siti Julaiha, seorang guru agama di sebuah lembaga pendidikan menengah di Jakarta Barat.
Saya ingin bertanya, setiap Ramadan beredar istilah bahwa tidurnya saja, bagi orang berpuasa itu bisa bernilai pahala. Apakah benar istilah itu? Lalu, adakah sumber hadis atau rujukan yang bisa dipertanggung jawabkan? Dan seperti apa penjelasan lebih lengkapnya? Terima kasih.
Jawaban
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Ibu Julaiha yang kami hormati. Terima kasih atas pertanyaan yang sudah dikirimkan ke meja redaksi Ikhbar.com.
Terkait apakah benar tidurnya orang berpuasa mengandung nilai ibadah? Jawabannya adalah benar. Hal itu seperti yang dijelaskan dalam hadis Rasulullah Muhammad Saw:
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَذَنْبُهُ مَغْفُوْرٌ
“Tidurnya orang yang sedang berpuasa merupakan ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, serta dosanya diampuni” (HR Baihaqi).
Alasan logisnya, karena hakikat puasa adalah al-imsak atau menahan diri dari hal-hal yang bisa membatalkan. Jadi, ketika seseorang tertidur, maka setidaknya ia akan meminimalisir atau tercegah untuk melakukan tindakan yang malah akhirnya bisa menghilangkan pahala puasa.
Sayangnya, hadis tersebut kerap disalahgunakan oleh sebagian orang untuk membenarkan sikap malasnya di saat bulan Ramadan. Padahal, seharusnya, semangatnya itu ada di lafal berikutnya, yakni wa ‘amaluhu mudhaafun, amal ibadahnya akan dilipatgandakan.
Jadi, meskipun tidurnya orang yang sedang berpuasa itu ibadah, tapi kita harus punya semangat bahwa akan lebih baik jika ketika berpuasa, kita perbanyak amal demi meningkatkan kualitas puasa.
Penjawab: Kiai Ghufroni Masyhuda, Tim Ahli Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat dan Anggota Bidang Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Cirebon.