Ikhbar.com: Bullying atau perundungan merupakan ancaman nyata, termasuk di lingkungan pendidikan, yang dapat menimpa siapa saja tanpa memandang kondisi fisik.
Tindakan ini secara fundamental bertentangan dengan nilai-nilai luhur Islam yang menekankan rahmah (kasih sayang) dan ukhuwah (persaudaraan).
Menghadapi persoalan ini, Islam tidak hanya mengajarkan umatnya untuk melakukan upaya lahiriah, tetapi juga membentengi diri melalui kekuatan doa dan tawakal kepada Allah Swt.
Doa menjadi pelindung batin yang dapat menguatkan jiwa dan menumbuhkan ketenangan saat menghadapi tekanan dari lingkungan sekitar.
Baca: 5 Tips Anti-Bullying di Sekolah dari Al-Qur’an
Al-Mu’awwidzatain sebagai benteng pelindung
Untuk perlindungan mendasar dari segala bentuk kejahatan, seorang Muslim dianjurkan untuk rutin membaca Surah Al-Falaq dan An-Nas.
Dua surat yang dikenal sebagai Al-Mu’awwidzatain (dua surat pelindung) ini diturunkan sebagai jawaban atas berbagai kekhawatiran dan ancaman, baik yang kasatmata maupun gaib.
Membacanya setiap pagi dan petang berfungsi sebagai perisai spiritual harian.
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2)
Qul a’ụżu birabbil-falaq. Min syarri mā khalaq.
“Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Aku berlindung kepada Tuhan yang (menjaga) fajar (subuh), dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan.’” (QS. Al-Falaq: 1–2)
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)
Qul a’ụżu birabbin-nās. Malikin-nās. Ilāhin-nās. Min syarril-waswāsil-khannās. Allażī yuwaswisu fī ṣudụrin-nās. Minal-jinnati wan-nās.
“Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Aku berlindung kepada Tuhan manusia, Raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan (setan) pembisik yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.’” (QS. An-Nas: 1–6)
Baca: Benarkah Bullying Justru Pererat Keakraban?
Memohon kelapangan dada dan keberanian
Ketika membutuhkan ketenangan batin dan keberanian untuk menghadapi situasi yang menekan, doa Nabi Musa As dapat menjadi teladan.
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي (25) وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي (26) وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي (27) يَفْقَهُوا قَوْلِي (28)
Rabbisraḥ lī ṣadrī. Wa yassir lī amrī. Waḥlul ‘uqdatam mil lisānī. Yafqahụ qaulī.
“Dia (Musa) berkata, ‘Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku.’” (QS. Thaha: 25–28)
Doa ini dipanjatkan Nabi Musa saat diperintahkan untuk menghadapi Fir’aun, seorang penguasa yang sangat zalim.
Ia mengajarkan agar memohon kepada Allah Swt untuk melapangkan hati, memudahkan urusan, dan memberikan kemampuan berkomunikasi yang baik—semua itu merupakan kunci dalam menghadapi penindasan dengan kepala tegak.
Baca: Sikap Nabi saat Melihat Abu Bakar Dibully
Senjata pamungkas
Ketika merasa sangat tertekan, tertindas, dan tak berdaya, seorang hamba dapat mengadukan seluruh bebannya kepada Allah Swt.
Doa singkat yang dipanjatkan Nabi Nuh As ini menggambarkan kekuatan kepasrahan total. Dengan mengakui kelemahan diri (“aku telah dikalahkan”) dan menyerahkan hasil sepenuhnya kepada Allah (“maka tolonglah aku”), seorang hamba sedang menunjukkan puncak tauhid dan keyakinan bahwa hanya Allah satu-satunya penolong.
فَدَعَا رَبَّهُ أَنِّي مَغْلُوبٌ فَانْتَصِرْ
Fa da‘ā rabbahū annī maglụbun fantaṣir.
“Dia (Nuh) lalu mengadu kepada Tuhannya, ‘Sesungguhnya aku telah dikalahkan, maka tolonglah (aku).’” (QS. Al-Qamar: 10)
Baca: Ini Bedanya Bercanda dengan Bullying menurut Psikolog
Doa berlindung dari segala gangguan
Sebagai pelengkap, Rasulullah Saw juga mengajarkan sebuah doa untuk memohon perlindungan yang komprehensif.
أُعِيذُكَ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ، مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ
A‘īżuka bikalimātillāhit-tāmmati, min kulli syaiṭāniw wa hāmmah, wa min kulli ‘ainil lāmmah.
“Aku memohon perlindungan untukmu dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap setan dan binatang berbisa, serta dari setiap mata yang jahat.” (HR. Bukhari)
Doa ini mencakup perlindungan dari gangguan setan (kejahatan psikologis), binatang berbisa (kejahatan fisik), dan ‘ain atau pandangan mata jahat (kejahatan spiritual dan sosial).
Doa ini dapat dibacakan untuk diri sendiri maupun untuk melindungi orang lain, seperti anak-anak, dari berbagai keburukan.
Baca: Salah Kaprah tentang Penyakit Ain, Begini Definisi dan Reaksi Sebenarnya
Sikap dan kkhtiar seorang Muslim
Doa adalah inti dari ibadah, tetapi harus diiringi dengan ikhtiar atau usaha nyata. Saat menghadapi perundungan, seorang Muslim dituntut untuk bersikap cerdas dan proaktif.
Pertama, ia harus menanamkan kesabaran sebagai bentuk kekuatan, bukan kelemahan, dengan keyakinan bahwa setiap ujian merupakan sarana peningkatan derajat dari Allah.
Kedua, ia harus mengambil langkah konkret dengan memberanikan diri berbicara.
Melaporkan tindakan perundungan kepada orang tua, guru, atau wali kelas bukanlah sikap mengadu yang tercela, melainkan bentuk ikhtiar mencari keadilan dan menghentikan kezaliman, yang justru sangat dianjurkan dalam Islam.