Ikhbar.com: Islam merupakan agama dengan pemeluk terbanyak di Indonesia. Jumlahnya mencapai 237,5 juta orang atau 86,7% dari total populasi. Atas hitung-hitungan itu, Indonesia pun dikenal sebagai penduduk Muslim terbesar di dunia.
Ketua Umum (Ketum) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. KH Haedar Nashir mengatakan, hitungan angka tersebut seharusnya bisa menjadi peluang bagi umat Islam di Indonesia untuk menuju nasib yang lebih baik.
“Menurut Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), potensi zakat dari kaum Muslimn di negeri ini per tahun dapat mencapai Rp327 triliun, sehingga untuk membangun sesuatu pun sangatlah mudah,” tulis Prof. Haedar, lewat akun Instagram resminya, @haedarnashirofficial, dikutip pada Rabu, 19 Juli 2023.
Baca: Kala NU-Muhammadiyah Kompak Tahlilan di Jerman
“Jika umat Islam bersatu, bahkan dapat menentukan siapa yang akan menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, tanpa harus susah payah menggantungkan nasib kepada pihak lain,” sambungnya.
Namun, lanjut Prof. Haedar, hitungan kuantitas itu belum sebanding dengan kenyataan kualitas. Menurut Buya Haedar, sapaan karibnya, umat Islam di Indonesia masih bergantung pada banyak hal, bahkan tidak jarang menjadi objek penderita dalam sejumlah aspek kehidupan.
“Umat Islam belum menjadi tuan di negerinya sendiri,” kata Buya Haedar.
Baca: Muktamar Muhammadiyah dari Masa ke Masa
Umat Muslim Indonesia masih disibukkan dengan angka hingga memunculkan klaim ingin mengekspor Islam ke luar negeri. Padahal, menurut Buya Haedar, cita-cita itu setara dengan peribahasa “besar pasak daripada tiang.”
“Umat Islam masih berada di pinggiran, belum menjadi penentu kehidupan dirinya dan belum menentukan merah-putihnya Indonesia. Apalagi menjadi penentu nasib kemajuan dunia di ranah global,” katanya.
Kesemarakkan acara dan forum internasional belakangan ini, menurut dia, tidak identik dengan kekuatan strategis umat Islam di panggung dunia. “Dunia Islam pun belum menjadi kekuatan utama dalam konstelasi geopolitik dan ekonomi global,” pungkasnya.