Ikhbar.com: Tren “Vibes Ramadan 2010” kini tengah ramai di TikTok. Para pengguna mengunggah video dengan latar belakang gambar Prof. KH Nasaruddin Umar, yang disebut-sebut menjabat kembali setalah menjadi Menteri Agama (Menag) RI di tahun tersebut.
Pada unggahan tersebut, banyak warganet bernostalgia dengan kenangan masa lalu, mengenang Ramadan bersama orang-orang yang dicintai. Banyak pula yang berkomentar tentang kebijakan libur satu bulan penuh selama Ramadan, yang menurut klaim tersebut berlaku pada 2010. Namun, benarkah semua informasi tersebut?
Hoaks dan keliru
Di awal video yang beredar, foto Prof. KH Nasaruddin Umar kerap muncul, diiringi narasi bahwa Imam Besar Masjid Istiqlal itu telah menjabat sebagai Menag pada 2010. Bersamaan dengan itu, warganet mengenang sosok-sosok terkasih—seperti ayah, ibu, kakek, atau nenek—yang telah berpulang, padahal masih mendampingi di Ramadan 2010 silam. Ada juga klaim tentang kebijakan libur sekolah satu bulan penuh di bulan Ramadan, yang dinyatakan sebagai kebijakan Menag pada saat itu.
Namun, sejumlah informasi tersebut teridentifikasi sebagai hoaks, disinformasi, atau setidaknya kesalahan interpretasi sejarah. Terdapat beberapa kekeliruan yang perlu diluruskan agar masyarakat tidak tersesat oleh informasi yang salah kaprah tersebut.
Baca: Matinya Kepakaran, Tantangan Baru Pemberantasan Hoaks di Indonesia
Dua orang berbeda
Menag pada 2010 bukanlah Prof. KH Nasaruddin Umar, melainkan Suryadharma Ali. Suryadharma Ali menjabat sebagai Menag RI pada periode 22 Oktober 2009 hingga 28 Mei 2014, di bawah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Suryadharma Ali adalah politisi yang saat itu berasal dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dengan pengalaman panjang di dunia politik dan organisasi Islam. Kariernya di bidang politik telah dimulai sejak lama, dan ia memiliki peran aktif di dalam PPP, bahkan menjabat sebagai Ketua Umum partai tersebut.
Profil Suryadharma Ali dan Prof. KH Nasaruddin Umar, yang ditampilkan dalam tren ini, jelas merupakan dua sosok berbeda. Prof. KH Nasaruddin Umar dikenal sebagai ulama dan akademisi. Beliau adalah tokoh penting dalam kajian tafsir dan pemikiran Islam di Indonesia serta merupakan pendiri Pusat Studi Gender di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Nasaruddin Umar memang pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Agama (Wamenag), akan tetapi beliau tidak pernah menjadi Menag, apalagi pada 2010 seperti yang ramai diklaim dalam konten TikTok tersebut.
Baca: Warganet Indonesia Lebih Percaya Berita dari Medsos
Fakta libur sekolah
Selain soal nama, tren ini juga dibumbui klaim tentang kebijakan libur satu bulan penuh selama Ramadan yang disebut berlaku pada 2010. Kenyataannya, pernyataan ini tidak sesuai dengan fakta sejarah.
Kebijakan libur sekolah satu bulan penuh selama Ramadan hanya pernah diterapkan satu kali sepanjang sejarah Reformasi Indonesia, yakni di era Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada masa jabatannya antara 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli 2001. Kebijakan tersebut adalah salah satu langkah Gus Dur untuk memberikan waktu lebih banyak bagi siswa Muslim guna memperdalam ilmu agama selama bulan suci.
Namun, kebijakan tersebut tidak pernah diadopsi pada masa-masa setelahnya, apalagi pada 2010. Pemerintah sejak itu menerapkan kebijakan pendidikan dengan jadwal yang lebih seragam, menyesuaikan kurikulum nasional. Oleh sebab itu, klaim bahwa terdapat kebijakan libur satu bulan penuh di tahun 2010 hanyalah hasil salah kaprah dari warganet atau bentuk disinformasi.
Baca: Begini Karakter Pengguna Medsos Indonesia
Peran medsos dalam penyebaran hoaks dan misinformasi
Fenomena “Vibes Ramadan 2010” ini menggambarkan bagaimana media sosial (medsos), khususnya TikTok, berperan dalam menyebarkan informasi yang belum tentu benar. Narasi yang diulang-ulang dalam unggahan video sering kali menyesatkan penonton yang kurang berhati-hati dalam menyerap informasi. Kecepatan penyebaran informasi di era digital sering kali mendahului klarifikasi, sehingga hoaks lebih mudah dipercaya sebelum fakta yang sebenarnya terungkap.
Dalam hal ini, penting bagi warganet untuk lebih kritis dan cermat dalam menyerap informasi dari media sosial. Memverifikasi fakta melalui sumber-sumber terpercaya, seperti situs web resmi pemerintah atau media kredibel adalah langkah penting untuk menghindari salah kaprah.
Tren “Vibes Ramadan 2010” hanyalah salah satu contoh bagaimana memori kolektif masyarakat dapat dibelokkan oleh hoaks atau disinformasi. Kesalahan identifikasi mengenai sosok Menag, serta klaim palsu tentang kebijakan libur Ramadan, menunjukkan perlunya verifikasi fakta sebelum menyebarkan informasi.
Salah kaprah ini hendaknya menjadi pengingat bagi masyarakat untuk selalu berpikir kritis, serta melakukan pengecekan fakta saat berinteraksi di ruang digital. Media sosial memang memudahkan interaksi, tetapi juga membutuhkan kewaspadaan ekstra.