Ikhbar.com: Reuters Institute dalam rilis berjudul Digital News Report 2023 menyebut masyarakat dunia saat ini lebih memilih untuk mencari informasi melalui media sosial (medsos). Kesimpulan itu diperoleh dari survei yang dilakukan bersama YouGov pada Januari–Februari 2023. Pernyataan tersebut disimpulkan dari jawaban kuosioner yang disebar ke sekitar 94 ribu responden di 46 negara, termasuk Indonesia.
Laporan itu menyebutkan, secara global, sebanyak 23% warganet mengaku mendapatkan berita dari medsos pada 2018. Lalu, angka tersebut terus bertambah pada 2023 hingga mencapai 30%. Sementara warganet yang mengakses berita melalui website atau aplikasi berita terus menurun dari 32% pada 2018 menjadi 22% pada 2023.
Secara rinci, Retuters Institute menyebutkan bahwa 65% warganet Indonesia mengandalkan medsos untuk mencari berita.
“WhatsApp tercatat yang paling populer, diikuti YouTube, Facebook, Instagram, Tiktok, dan Twitter,” rilis laporan tersebut, dikutip pada Sabtu, 29 Juli 2023.
Baca: Begini Karakter Pengguna Medsos Indonesia
Reuters mengatakan, peran para influencer dan selebritas semakin besar sebagai sumber utama berita. “Sebanyak 55 persen pengguna TikTok dan Snapchat, serta 52 persen pengguna Instagram mendapatkan berita dari akun-akun personal seperti selebritas dan influencer,” tulis mereka.
“Meski jurnalis arus utama sering memimpin percakapan seputar berita di Twitter dan Facebook, mereka kesulitan mendapat perhatian di media yang lebih baru seperti Instagram, Snapchat, dan TikTok,” sambung laporan tersebut.
Mereka mengatakan, pengguna Twitter cenderung lebih memperhatikan topik berita politik dan ekonomi bisnis. Sedangkan pengguna TikTok, Instagram, dan Facebook condong ke berita yang menyenangkan alias hiburan.
Langkah pers
Fenomena warganet yang lebih gemar mencari berita lewat medsos ini pun membuat institusi media mengambil sejumlah langkah. Berdasarkan laporan Reuters Institute dalam Journalism Media and Technology Trends and Prediction 2023, sebanyak 63% perusahaan pers menyatakan akan terus turut serta membuat konten TikTok.
“Angka tersebut meningkat 19 persen dibandingkan periode sebelumnya,” tulis laporan itu.

Sedangkan menurut laporan How Publishers Are Learning to Create and Distribute News on Tiktok (2022), sebagian besar atau sekitar 90% perusahaan pers di Indonesia telah secara rutin mengunggah konten berita melalui kanal Tiktok.
Angka tersebut membuat Indonesia berada di peringkat pertama, disusul Australia sebanyak 89%, Prancis (86), Spanyol (86), Inggris (81), dan Amerika Serikat (77).
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi berencana membentuk dewan pengawas medsos. Menurutnya, langkah itu dibutuhkan lantaran selama ini pengawasan hanya dilakukan di media konvensional.
“Sementara konten di berbagai media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, atau TikTok belum ada yang mengawasi. Padahal banyak konten yang tersebar melalui medsos itu dianggap meresahkan, bahkan menjadi sarana penyebaran informasi keliru atau hoaks,” ujar Budi.
Budi menyebutkan, konten yang memicu kegaduhan beredar dengan cepat tak lain karena teknologi yang kian berkembang. “Ya, mungkin pada waktunya kita perlu mendirikan pengawas medsos,” kata dia.
Guna mengetahui perkembangan tentang fenomena hoaks dan disinformasi di Indonesia, terutama yang berhubungan dengan HUT Ke-78 Kemerdekaan RI, silakan ikuti Hiwar Ikhbar #12 bertema “Hoaks dan Fakta Kemerdekaan RI” bersama Aribowo Sasmito (Co Founder & Fact Check Specialist at Mafindo), pada Sabtu, 12 Agustus 2023, Pukul 16.00 – 16.45 WIB, Live di Instagram @ikhbarcom