Ikhbar.com: Kedatangan Pemimpin Katolik Dunia, Paus Fransiskus, di Indonesia disambut dengan antusiasme oleh Jaringan Gusdurian. Direktur Jaringan Gusdurian, Nyai Alissa Wahid, menilai kunjungan ini sebagai contoh nyata dari teladan kesederhanaan di tengah maraknya nafsu kekuasaan.
Ia menekankan bahwa Paus Fransiskus tidak meminta fasilitas mewah dari Pemerintah Indonesia. Paus Fransiskus bahkan memilih untuk menggunakan mobil standar kelas menengah yang umum di Indonesia, jauh di bawah standar untuk pejabat tinggi.
Baca: Paus Fransiskus Jadi Saksi Keberagaman di Indonesia, Harap Menag
“Di tengah wabah nafsu pada harta, politik uang, korupsi, kolusi, nepotisme, dan hasrat kekuasaan yang bertentangan dengan nilai agama dan demokrasi, Paus Fransiskus hadir dengan teladan kesederhanaannya,” ujar Nyai Alissa, dikutip dari NU Online, pada Rabu, 4 September 2024.
Lebih lanjut, Paus Fransiskus mengajak semua pihak untuk menjadikan isu-isu dasar kehidupan manusia sebagai agenda bersama.
Isu-isu tersebut meliputi demokrasi, perdamaian, keadilan sosial, kemiskinan, kekerasan terhadap perempuan, kebebasan, dan kerusakan lingkungan akibat keserakahan manusia.
“Komitmen Paus Fransiskus terhadap perdamaian, keberpihakannya pada kelompok lemah, kesederhanaan, serta pertaubatan ekologis adalah teladan yang harus kita junjung bersama,” tegas Nyai Alissa.
Ia menambahkan bahwa kehadiran Paus Fransiskus lebih dari sekadar kunjungan simbolis. Menurutnya, ini merupakan dorongan kuat untuk menegaskan nilai-nilai fundamental yang sering kali terabaikan dalam praktik demokrasi.
Kehadiran Paus juga mengingatkan akan pentingnya mengedepankan etika dan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga setiap suara, termasuk kritik terhadap kebijakan pemerintah, dapat didengar dan diperhitungkan.
“Kunjungan ini harus menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk tidak hanya fokus pada prosedur demokrasi, tetapi juga memastikan bahwa etika serta nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan tetap menjadi praktik nyata demi kepentingan semua warga negara,” tambahnya.
Kunjungan Paus Fransiskus juga menjadi momen untuk mensyukuri perdamaian, keterbukaan, dan toleransi yang ada di Indonesia.
“Rasa syukur yang ada harus menjadi penyemangat kepada seluruh bangsa Indonesia untuk terus bekerja dalam menciptakan ketertiban dunia, perdamaian abadi, dan keadilan sosial,” ungkapnya.
Lebih jauh, kunjungan ini menegaskan kembali pentingnya kolaborasi antariman dalam menyelesaikan masalah di masyarakat.
Nyai Alissa mengingatkan kolaborasi yang dilakukan Gus Dur bersama Romo Mangunwijaya, untuk mengadvokasi korban penggusuran di Kedung Ombo oleh rezim Soeharto sebagai contoh yang patut diteruskan.
“Ini adalah contoh kolaborasi antariman yang harus kita teruskan. Dialog antariman sudah berhasil kita wujudkan di Indonesia, saatnya mewujudkan kerja kolaboratif antariman,” pungkasnya.