Ikhbar.com: Masalah cipratan urin saat buang air kecil bukan sekadar perkara sepele. Dalam fikih, air kencing termasuk ke dalam najis yang harus dibersihkan dari badan, pakaian, dan tempat, sebelum melaksanakan salat.
Di samping itu, air kencing juga dapat menjadi malapetaka yang mengakibatkan siksaan. Dalam hadis riwayat Ibnu Abbas, Rasulullah Saw mendengar rintihan 2 orang yang sedang disiksa di alam kubur. Salah satunya disebabkan karena tidak menjaga diri dari najis air kencingnya.
Untuk menghindari hal itu, ilmu fisika menawarkan solusi praktis, terutama untuk urinal atau tempat kencing berdiri.
Baca: Tidak Semua Air Bisa untuk Bersuci, Begini Penjelasannya menurut Fikih
Penelitian dari Splash Lab, Brigham Young University, Amerika Serikat (AS), mengungkap bahwa sudut aliran urin adalah kunci utama dalam mengurangi cipratan, bukan kekuatan atau volume alirannya.
“Sudut benturan yang kecil menghasilkan cipratan lebih sedikit,” jelas peneliti utama, Randy Hurd, dikutip pada Senin, 14 April 2025.
Ia menyarankan agar pria berdiri lebih dekat, dan mengarahkan urin ke sisi dalam urinal, bukan tepat di tengah.
Simulasi dengan model uretra 3D menunjukkan bahwa, sudut 30 derajat jauh lebih efektif daripada sudut 90 derajat yang justru memicu cipratan besar. Hal ini diamati melalui rekaman kamera berkecepatan tinggi, dan pelacakan percikan menggunakan kertas putih.
Baca: Mengingat Lima Syarat Sah Salat
Cipratan makin parah saat menggunakan toilet duduk dalam posisi berdiri. Jarak jatuh yang lebih jauh memecah aliran menjadi tetesan kecil yang memantul keluar dari mangkuk.
Hurd menyebut solusi terbaik secara ilmiah adalah duduk. Meski terdengar sepele, duduk terbukti lebih bersih dan higienis, dibandingkan berdiri yang rawan menciptakan kekacauan kecil namun menjengkelkan.
“Kalau bukan penembak jitu, sebaiknya jangan ambil risiko,” pungkasnya.