Survei Sebut Kurangnya ‘Soft Skill’ Jadi Penyebab Gen Z ‘Nganggur’

Ilustrasi: Para pencari kerja memadati arena Job Fair Dinas Tenaga Kerja (Disnaker). Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq

Ikhbar.com: Minimnya penguasaan soft skill di kalangan generasi muda, khususnya Generasi Z (Gen Z) disebut menjadi penyebab utama tingginya angka pengangguran di Indonesia. Situasi ini kian mengkhawatirkan di tengah meningkatnya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) dan ketatnya persaingan dunia kerja.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sekitar 9,9 juta pemuda usia 15 hingga 24 tahun menjadi pengangguran pada 2024. Masalah ini bukan semata karena terbatasnya lapangan kerja, tetapi karena ketidaksiapan mereka secara mental dan keterampilan non-teknis.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyoroti lemahnya kemampuan komunikasi dan interpersonal sebagai faktor dominan.

“Banyak dari mereka tidak siap bersaing karena tidak memiliki keterampilan dasar seperti komunikasi yang baik, kerja tim, dan kemampuan beradaptasi,” ujar perwakilan Bappenas dalam keterangan tertulis.

Baca: Kerap Dituduh Antisosial di Dunia Kerja, Gen Z Belajar Empati dan Manajemen Waktu

Hal ini diperkuat survei Intelligent tahun 2024 yang menunjukkan bahwa 50% karyawan baru gagal bertahan di dunia kerja karena kurangnya motivasi. Sementara itu, 46% dinilai tidak profesional, 39% lemah dalam komunikasi, 38% sulit menerima kritik, dan 34% memiliki kemampuan pemecahan masalah yang rendah.

Kesadaran terhadap pentingnya soft skill mulai tumbuh, terutama di kalangan orang tua generasi milenial. Mereka menyadari bahwa keberhasilan anak-anak mereka tidak cukup hanya dengan nilai akademik.

Survei “New Asian Learning Experience” yang dilakukan HP Indonesia pada 2024 terhadap 500 orang tua di lima kota besar menemukan bahwa 97% responden sepakat anak-anak mereka memerlukan pendidikan menyeluruh.

“Kami ingin anak kami tidak hanya pintar secara akademis, tapi juga cakap dalam berpikir kritis dan mampu bekerja sama dengan orang lain,” ujar salah satu responden.

Dalam survei tersebut menyebutkan, lebih dari 90% orang tua percaya bahwa komunikasi yang baik dan berpikir kreatif sangat penting untuk masa depan anak-anak mereka. Sementara itu, sekitar 68% menilai kurikulum saat ini masih belum cukup menekankan pada pengembangan kreativitas.

Situasi ini menjadi alarm bagi dunia pendidikan dan para pembuat kebijakan untuk memperkuat pengembangan soft skill dalam sistem pembelajaran. Tanpa keterampilan ini, generasi muda diprediksi makin tertinggal dan menghadapi tantangan besar dalam dunia kerja yang terus berubah.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.