Santri KHAS Kempek Cirebon Bedah Urgensi Menulis bareng Agus Mulyadi dan Kalis Mardiasih

Pembicara dan Keluarga Besar Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon berfose setelah acara seminar "Edu Talks Literasi Digital" bersama Agus Mulyadi dan Kalis Mardiasih, pada Sabtu, 20 Juli 2024. Dok KHASMedia

Ikhbar.com: Aktivitas tulis-menulis menjadi salah satu media dakwah yang efektif dan telah menjadi bagian penting dalam dakwah para ulama sejak dulu.

Demikian disampaikan Dewan Pengasuh Pondok Pesantren KHAS Putri Kempek, Cirebon, Jawa Barat, Ny. Hj. Tho’atillah Ja’far, dalam sambutannya pada seminar “Edu Talks Literasi Digital” bersama Agus Mulyadi dan Kalis Mardiasih, pada Sabtu, 20 Juli 2024 lalu.

“Contohnya, Kiai Aqil Siraj (pendiri Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon) menulis ulang kitab Al-Ajurumiyah dengan bahasa kromo inggil (Bahasa Jawa halus), menjadikan tulisan sebagai sarana untuk melestarikan peradaban manusia,” ungkapnya.

Kegiatan yang diikuti ratusan santri putra dan putri ini merupakan salah satu rangkaian dari Pekan Haul KH Aqiel Siroj Ke-35 dan Sesepuh Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon.

Baca: Definisi Kalam dari Berbagai Aspek, Lengkapnya Keterangan Kitab Nahu Kiai Aqiel Kempek

Keterbatasan bukan alasan

Nyai Tho’ah, sapaan akrabnya, menekankan pentingnya literasi digital bagi para santri.

“Menulis dan membaca bukan hanya sekadar membaca buku dan kitab-kitab saja, tetapi juga mencakup media digital dan media sosial. Bagaimana kita bisa menulis dan membaca secara baik dan bijaksana di era digital ini sangatlah penting,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa perkembangan teknologi informasi membawa perubahan signifikan dalam cara manusia mengakses dan mengelola informasi. Nyai Tho’ah berpesan, menulis bukan sekadar aktivitas kekaryaan, melainkan bagian dari upaya mempertahankan dan menyebarkan pengetahuan serta nilai-nilai agama.

Menurutnya, berdakwah melalui tulisan harus dilakukan dengan sabar, tekun, menjadi teladan, ikhlas, dan santun. Menulis, lanjut Nyai Tho’ah, adalah cara untuk menarik perhatian pembaca kepada kebaikan.

“Semoga kita bisa belajar dakwah melalui literasi, menulis dan membaca, dengan tujuan untuk mencari rida Allah Swt. Menulis dengan sopan, santun, dan bijaksana adalah kunci utama,” pesannya.

Pengajar Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon, KH Muhammad Shidqi Musthofa menjelaskan, keterbatasan akan akses bahan bacaan di pesantren hendaknya tidak mengurangi semangat untuk menjadi kreatif.

“Oleh sebab itu, mohon para santri sekalian untuk menyimak secara saksama seluruh pemaparan yang disampaikan pembicara,” ucap Gus Shidqi, sapaan akrabnya.

Baca: Tim Media Pesantren di Cirebon Ikuti Kelas Menulis Biografi Kiai bersama Ikhbar.com

Visi menulis

Sementara itu, Agus Mulyadi, sebagai pemateri menjelaskan, kemampuan menulis merupakan keterampilan dasar yang perlu dimiliki setiap orang, tanpa harus menjadi seorang penulis profesional. Sebab apa pun latar belakangnya, seseorang dapat memperoleh keuntungan lebih banyak melalui tulisan.

“Anda tidak harus menjadi atlet untuk berolahraga, karena olahraga itu penting buat tubuh kita, mau itu atlet atau bukan. Begitu juga menulis, menulis itu penting bagi semua, karena pada akhirnya kita semua akan membutuhkan aktivitas menulis,” ujar Agus.

Sedangkan Kalis Mardiasih menyatakan, hasratnya menulis justru sadar karena ia merupakan seorang perempuan. Dia berharap, melalui karya-karyanya, stereotipe perempuan salehah yang selama ini dimaknai sebagai sosok yang hanya berkutat pada sumur, dapur, dan kasur bisa diubah dan digantikan dengan gambaran yang lebih sesuai dengan realitas kehidupan perempuan Muslim di Indonesia.

“Saya menyebut diri saya sebagai penulis perempuan karena saya kesal benar tiap kali ke toko buku. Kalau menuju rak toko yang tema perempuan dan agama yang saya jumpai itu buku-buku kayak gini,” ungkapnya.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.