Muslim Inggris Tertarik dengan Model Dakwah NU

Managing Director British Muslim Association, Paul Salahuddin Armstrong (memegang mik), dalam Halalbihalal Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama United Kingdom (PCINU UK) di Indonesian Islamic Centre London, Inggris, pada Ahad, 28 April 2024, kemarin. Dok ISTIMEWA

Ikhbar.com: Nahdlatul Ulama (NU) dinilai telah terbukti mampu mensyiarkan Islam yang berakar kuat di Indonesia. Alih-alih mencerabut kearifan lokal, NU justru hadir mengakulturasikan budaya masyarakat setempat dengan syariat Islam.

Demikian disampaikan Managing Director British Muslim Association, Paul Salahuddin Armstrong, dalam Halalbihalal Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama United Kingdom (PCINU UK) di Indonesian Islamic Centre London, Inggris, pada Ahad, 28 April 2024, kemarin.

Paul berpendapat, NU sangat cocok untuk berkembang di Inggris. Ia juga berharap, perjalanan dakwah yang telah dilakukan NU di Indonesia bisa dilakukan di Negeri Tiga Singa tersebut.

Dengan begitu, lanjut Paul, Islam yang tumbuh di Inggris juga akan selaras dengan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat di dalamnya.

“Ibaratnya bukan orang yang menebang pohon dari negara lain kemudian ditancapkan di bumi Inggris. Kalau NU kan, pohon yang sudah berakar di Inggris kemudian disesuaikan pertumbuhannya dengan ajaran Islam. Sebagaimana yang sudah dilakukan NU di Indonesia, kami berharap NU juga bisa melakukannya di Inggris,” jelasnya.

Baca: Kedermawanan Muslim Inggris saat Ramadan, Laju Amal Pernah sampai Rp700 Ribu per Detik

Dalam kesempatan yang sama, Rais Syuriyah PCINU UK, Fitra Roman Cahaya menekankan pentingnya kiprah NU untuk menyesuaikan diri dengan konteks lokal.

“Jadi, isu-isu yang kita perhatikan memang harus sesuai dengan konteks lokal. Misalnya soal makanan, mungkin di Indonesia kurang relevan membahas makanan vegan apakah selalu halal. Kalau di Inggris kan, ada ‘ham vegan’ itu cukup ramai pembahasannya,” katanya.

Sementara itu, Ketua PCINU UK, M. Rosyid Jazuli mengatakan, pada akhirnya NU tidak hanya dibutuhkan warga negara Indonesia, tapi juga warga dunia. Sehingga konteks global dan kearifan lokal Inggris memang sesuatu yang niscaya untuk menjadi pusat pembahasan. Dengan demikian, sebagai warga global, masyarakat Indonesia juga bisa ikut mewarnai sejarah peradaban.

“Dalam hal ini, PCINU UK harus mengambil peran untuk berkiprah menjadi diplomat akar rumput di Inggris dan dunia. Kita kenalkan dan kembangkan nilai-nilai yang memang selama ini kita perjuangkan,” tandasnya.

Senada, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI London, Khairul Munadi menambahkan, kolaborasi juga penting untuk selalu dilakukan oleh PCINU UK. Kolaborasi ini, menurutnya, bukan hanya kepada sesama organisasi masyarakat Indonesia dan perwakilan pemerintah Indonesia yang ada di UK, tetapi juga dengan masyarakat lokal Inggris.

Halalbihalal Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama United Kingdom (PCINU UK) di Indonesian Islamic Centre London, Inggris, pada Ahad, 28 April 2024, kemarin. Dok ISTIMEWA

Baca: Lakpesdam PBNU kembali Buka Beasiswa Pendampingan Kuliah ke Luar Negeri

Dalam sharing session pengurus, Sekretaris PCINU UK Abdul Syakir juga mengungkapkan harapannya ke depan dibentuk lokalitas NU di tiap kota besar atau gabungan beberapa kota, semacam MWC di Indonesia.

Selain itu perlu juga mengurus legalitas agar menjadi organisasi terdaftar sesuai aturan lokal. Sehingga jangkauan kita semakin luas dan mengakar.

Kolaborasi dan jangkauan dakwah yang luas, tentunya akan bermanfaat bagi roda organisasi dan dakwah Islam.

“Bahkan saya berkeyakinan, bagi pengurusnya insyaallah berkah silaturahim ini bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat,” kata Ketua Panitia Halalbihalal NU UK, Yuli Sutoto Nugroho.

Acara tersebut tampak meriah dengan ragam sajian khas nusantara yang dipersembahkan ibu-ibu Muslimat NU UK. Dalam kegiatan tersebut, hadir seluruh pengurus dan keluarga besar NU UK termasuk Fatayat. Juga beberapa perwakilan organisasi lain seperti British Muslim Association, PCI Muhammadiyah UK, Alwashliyah, PPI UK dan PPI London, Keluarga Islam di Britania (KIBAR UK), Paguyuban Merah Putih, Young Indonesian Professionals’ Association (YIPA), serta sejumlah komunitas pengajian lainnya.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.