Ikhbar.com: Pemerintah Yordania memblokir akses ke situs berita Middle East Eye (MEE) setelah media tersebut menerbitkan investigasi tentang tingginya biaya pengiriman bantuan ke Gaza melalui wilayah Yordania.
Dalam laporan itu, MEE mengutip sejumlah lembaga bantuan internasional yang menyebut bahwa setiap truk bantuan dikenai biaya sekitar USD 2.200 (setara Rp35 juta), sementara setiap pengiriman bantuan lewat udara dikenai tarif antara USD 200.000 hingga 400.000 (Rp3,2 miliar hingga Rp6,5 miliar), meski muatan pesawat bahkan kurang dari setengah isi truk.
Lembaga resmi Jordan Hashemite Charity Organization (JHCO) membantah laporan tersebut, tetapi justru mengungkap biaya yang lebih tinggi, hingga USD 450.000 (Rp7,3 miliar) untuk misi udara dengan panduan GPS.
Baca: Israel Bunuh Jurnalis di RS, Korban Pers Capai 215 Orang
Tak lama setelah laporan itu terbit, otoritas Yordania memblokir situs MEE dan 11 media lainnya, termasuk Arabi Post dan Raseef22.
Media pemerintah Al-Dustour melaporkan bahwa pemblokiran dilakukan karena tuduhan “menyebarkan racun media dan menyerang simbol nasional”.
Editor MEE, David Hearst, membela laporan tersebut sebagai investigasi penting dan berbasis sumber yang kredibel.
Baca: Gencatan Senjata Berakhir, Israel Blokir Bantuan ke Gaza
“Pemerintah Yordania tak membantu citranya sendiri dengan memblokir kami. Rakyat tetap bisa membaca konten kami lewat media sosial,” ujarnya, dikutip dari Middle East Eye, pada Jumat, 16 Mei 2025.
Langkah ini menambah daftar panjang represi Yordania terhadap aktivisme pro-Palestina sejak serangan 7 Oktober ke Israel.
Menurut Amnesty International, setidaknya 1.500 orang telah ditangkap, termasuk jurnalis Hiba Abu Taha yang dipenjara satu tahun karena menulis laporan kritis.
Sejak didirikan pada 2014, MEE telah menjadi sumber berita independen yang kerap diblokir di sejumlah negara, seperti Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Tiongkok.