Ikhbar.com: Pemerintah Iran, melalui siaran televisi resminya, menyerukan warganya untuk menghapus WhatsApp dari ponsel mereka. Aplikasi milik Meta itu dituduh mengumpulkan data pengguna untuk dikirim ke Israel.
WhatsApp menanggapi tuduhan itu dengan kekhawatiran.
“Kami khawatir laporan palsu ini akan menjadi alasan layanan kami diblokir pada saat orang paling membutuhkannya,” kata perusahaan dalam pernyataan resmi, dikutip dari Arab News, pada Rabu, 18 Juni 2025.
Baca: 21 Negara Muslim Kompak Dukung Iran
WhatsApp menegaskan bahwa semua pesan dilindungi oleh enkripsi end-to-end, sehingga mereka tidak dapat membaca isi pesan atau menyimpan log komunikasi pengguna.
“Kami tidak melacak lokasi tepat Anda, tidak menyimpan log siapa saja yang saling mengirim pesan, dan tidak memberikan informasi massal kepada pemerintah mana pun,” tambah WhatsApp.
Namun, pakar keamanan siber dari Cornell University, Gregory Falco, mengingatkan bahwa metadata WhatsApp tetap bisa dianalisis meski isi pesan terenkripsi. Ia juga menyoroti pentingnya kedaulatan data digital.
“Pusat data WhatsApp di suatu negara belum tentu berada di negara itu sendiri,” jelas Falco.
Baca: Perang Iran-Israel Hari Kelima, Ini Daftar Fasilitas Penting yang Dilaporkan Hancur
Ia menilai negara sebaiknya mengelola data secara mandiri untuk menghindari risiko pada infrastruktur global yang sulit dipercaya.
WhatsApp menjadi salah satu aplikasi pesan utama di Iran, bersama Instagram dan Telegram.
Meski Iran kerap memblokir media sosial, masyarakat tetap mengaksesnya lewat proksi dan VPN. WhatsApp dan Google Play sempat diblokir saat gelombang protes pada 2022, tetapi larangan itu dicabut pada akhir 2024.