Ikhbar.com: Anggota Komisi IV DPR RI sekaligus Rektor Universitas Muhammadiyah Bogor (UMMI), Prof. Dr. Ir. H. Rokhmin Dahuri menegaskan bahwa iman, salat, dan infak bukan sebatas simbol religiusitas, tetapi fondasi utama kehidupan yang bermakna dan berkah.
Menurut tokoh nasional yang juga dikenal sebagai pakar kelautan dan pembangunan berkelanjutan itu, ketiga nilai tersebut menjadi poros utama yang menuntun seseorang untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
“Ketika iman, salat, dan infak menjadi bagian dari hidup, maka Allah meninggikan derajat dan melimpahkan nikmat-Nya,” ujar Prof. Rokhmin Dahuri dalam pesan inspiratifnya pada Ahad, 26 Oktober 2025.
Pernyataan itu mencerminkan perjalanan panjang Prof. Rokhmin yang merupakan lahir dari anak nelayan di pesisir Gebang, Cirebon, hingga menjadi sosok berpengaruh di tingkat nasional dan internasional.
Ia meyakini keseimbangan antara ibadah mahdhah (hubungan dengan Allah) dan ibadah ghair mahdhah (hubungan dengan sesama) adalah kunci kebahagiaan sejati.
Bagi Prof. Rokhmin, iman bukan sekadar keyakinan di hati, melainkan kompas moral dan arah dalam setiap langkah hidup. Dalam setiap keputusan strategis, baik sebagai akademisi maupun pejabat publik, ia selalu menimbang aspek keadilan, kemaslahatan umat, dan keberlanjutan.
Iman, menurutnya, memberikan keberanian untuk bersikap jujur dan tegas meski berada di tengah tekanan politik maupun ekonomi. “Iman itu sumber kekuatan moral untuk tetap berkata benar meski arus dunia menggoda,” ungkapnya.
Meski dikenal sibuk dengan tanggung jawab besar, Prof. Rokhmin menempatkan salat sebagai pusat keseimbangan batin. Ia memaknai salat bukan sekadar rutinitas ibadah, tetapi ruang kontemplatif untuk berdialog dengan Allah, menenangkan hati, dan memperbarui semangat pengabdian.
Baca: Prof Rokhmin Buktikan Al-Qur’an dan Hadis Selalu Relevan Sepanjang Masa
“Salat lima waktu adalah jeda yang menyegarkan jiwa, sumber energi untuk terus berbuat baik,” tutur Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University itu.
Sementara, bagi Prof. Rokhmin, infak adalah bentuk nyata kasih sayang dan solidaritas sosial. Infak tidak terbatas pada materi, tetapi juga mencakup waktu, tenaga, dan ilmu. Ia meneladankan hal itu dengan aktif membina generasi muda, mendukung riset strategis, serta terlibat dalam berbagai kegiatan sosial.
Ia menegaskan bahwa memberi tidak akan mengurangi rezeki, melainkan melipatgandakan keberkahan. Bahkan, saat menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan tahun 2007, infak dan zakat turut disalurkan melalui dana nonbujeter kementerian yang menunjukkan bahwa semangat berbagi telah tertanam dalam dirinya.
Menurutnya, keberhasilan sejati tidak diukur dari jabatan atau penghargaan, tetapi dari warisan nilai dan dampak nyata bagi umat dan bangsa. Spiritualitas, menurutnya, harus menjadi inti dalam setiap langkah pembangunan dan kepemimpinan.
Sebagai Dosen Kehormatan di Mokpo National University, Korea Selatan, ia juga menyoroti fenomena banyak pemimpin yang terjebak pada orientasi duniawi semata.
“Sekarang banyak pemimpin yang hubbuddunya, takut kasus hukumnya terbongkar jadi tersandera. Hukum bukan untuk menegakkan keadilan, tetapi untuk kepentingan pribadi, mengorbankan kepentingan akhirat untuk dunia,” tegasnya.
Melalui pandangan dan keteladanannya, Prof. Rokhmin Dahuri mengingatkan bahwa iman, salat, dan infak bukan hanya ajaran spiritual, tetapi strategi hidup yang menumbuhkan keberkahan, keadilan, dan kemaslahatan bagi semua.