Ikhbar.com: China tengah mempertimbangkan langkah besar untuk merangsang pemulihan ekonomi, dengan menerbitkan utang lebih dari 10 triliun yuan (sekitar Rp21,7 triliun) dalam beberapa tahun ke depan.
Rencana ini mencakup penerbitan obligasi kedaulatan khusus senilai 6 triliun yuan (Rp13 triliun), yang akan dialokasikan untuk membantu pemerintah daerah menghadapi risiko utang tersembunyi.
Baca: Sambut Prabowo dan Apresiasi Jokowi, Xi Jinping Janji Bikin Hubungan China-Indonesia makin Mesra
“Prioritas kebijakan saat ini tampaknya berfokus pada penyelesaian utang tersembunyi pemerintah daerah, diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, dan kemudian mendukung permintaan domestik,” kata kepala Greater China Research, Tommy Xie, dikutip dari Reuters, pada Rabu, 30 Oktober 2024.
Langkah ambisius ini akan mendapatkan persetujuan dari Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional (NPC), pada pertemuan yang dijadwalkan 4 hingga 8 November.
Jika disetujui, total utang tambahan ini diperkirakan mencapai lebih dari 8% dari produk domestik bruto (PDB) China, yang saat ini sedang menghadapi tantangan besar dari krisis sektor properti, dan utang pemerintah daerah yang membengkak.
Stimulus besar ini menandakan bahwa Beijing telah memilih langkah yang lebih agresif untuk menggerakkan perekonomian, meskipun skalanya belum setara dengan paket stimulus tahun 2008.
Baca: Angka Kelahiran Menurun, TK di China Banyak yang Tutup
Sebagai bagian dari rencana ini, pemerintah mempertimbangkan penerbitan obligasi khusus senilai hingga 4 triliun yuan (Rp8,6 triliun), untuk pembelian lahan dan properti yang tidak terpakai selama lima tahun mendatang. Langkah ini bertujuan mengurangi tekanan sektor properti.
Namun, kebijakan ini mungkin perlu disesuaikan, jika mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali memenangkan pemilihan pada 5 November mendatang.
Trump berencana memberlakukan tarif 60% pada impor dari China, sebuah ancaman yang bisa memperparah tekanan ekonomi bagi Beijing, dan mempengaruhi perdagangan bilateral secara signifikan.