Ikhbar.com: Rasulullah Muhammad Saw pernah bersabda, “Sebaik-baik lauk adalah cuka.” (HR. Muslim). Hadis tersebut mencerminkan bahwa cuka memang telah lama dikenal sebagai salah satu bahan makanan yang memiliki khasiat bagi kesehatan.
Dalam beberapa dekade terakhir, berbagai jenis cuka seperti cuka apel, balsamik, hingga kelapa semakin populer. Cairan asam tersebut tidak hanya berguna sebagai penyedap masakan, tetapi juga dianggap sebagai suplemen.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa mengonsumsi cuka dalam jumlah kecil secara rutin dapat mendukung kesehatan, khususnya dalam mengontrol kadar gula darah, mengatasi obesitas, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Namun, tidak semua jenis cuka memiliki manfaat yang sama.
Baca: Kuliner Islam Pelopor Makanan Sehat Dunia
Cuka telah digunakan sebagai tonik kesehatan sejak ribuan tahun silam. Bangsa Babilonia mulai membuat cuka sekitar 7.000 tahun yang lalu. Sejak saat itu, berbagai peradaban telah menggunakannya untuk tujuan pengobatan.
Kini, banyak ahli gizi yang merekomendasikan cuka kepada klien mereka karena khasiatnya yang luas dengan risiko yang minim.
Salah satu komponen penting yang memberikan manfaat kesehatan pada cuka adalah asam asetat. Setelah dicerna, asam ini berubah menjadi asetat, yang mendukung pencernaan, metabolisme, dan produksi energi. Semua jenis cuka mengandung asam asetat, tetapi cuka apel (ACV) menjadi yang paling banyak diteliti.
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi cuka apel sebelum atau selama makan dapat menurunkan kadar gula darah secara signifikan, terutama setelah mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat.
“Minum cuka dengan makanan berkarbohidrat akan mengurangi jumlah glukosa dalam aliran darah,” ujar Profesor nutrisi di Arizona State University, Carol Johnston, sebagaimana dikutip dari Time, Sabtu, 19 Oktober 2024.
Selain itu, cuka apel diketahui memperlambat proses pengosongan lambung, yang berdampak pada penyerapan glukosa lebih lambat ke dalam darah. Penggunaan rutin cuka apel dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2. Beberapa studi juga mengaitkan konsumsi cuka apel dengan penurunan berat badan dan lemak darah yang lebih rendah, faktor yang baik untuk kesehatan jantung.
Namun, Johnston mengingatkan bahwa meskipun ada efek nyata dari asam asetat, penelitian yang lebih luas masih diperlukan untuk mengukur dampaknya secara keseluruhan.
Beberapa merek cuka apel menyertakan substansi keruh yang dikenal sebagai “mother,” yakni enzim dan bakteri yang muncul selama fermentasi. Beberapa ilmuwan meyakini bahwa cuka apel yang mengandung “mother” memiliki potensi lebih besar untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan kesehatan pencernaan.
Baca: Larangan Nasi bagi Penderita Diabetes Ternyata cuma Mitos
Peneliti Darsha Yagnik dari Middlesex University menyatakan bahwa cuka apel dengan “mother” efektif membantu sel kekebalan melawan mikroba berbahaya di laboratorium.
Meski demikian, tidak semua ahli setuju. Robert Hutkins, ahli mikrobiologi di University of Nebraska, menyebutkan bahwa bakteri dalam “mother” tidak bisa bertahan hidup dalam sistem pencernaan manusia. Sebaliknya, manfaat utama cuka tetap berasal dari asam asetat yang dimiliki semua jenis cuka.
Meskipun cuka memiliki banyak manfaat, penggunaannya harus diperhatikan. Konsumsi cuka dalam bentuk pekat bisa merusak gigi, mulut, dan tenggorokan. Dianjurkan untuk mencampur satu sendok makan cuka dengan air atau makanan. Untuk perlindungan gigi, sebaiknya minum cuka dengan sedotan dan berkumur setelahnya.
Bagi yang baru mulai mengonsumsi cuka, disarankan memulai dengan satu sendok makan sehari dan meningkatkan secara bertahap untuk menghindari masalah pencernaan. Bagi penderita penyakit ginjal, konsumsi cuka harus dibatasi karena asam asetat yang berlebihan bisa menambah beban pada ginjal.
Dengan pengetahuan yang ada saat ini, penggunaan cuka sebagai bagian dari pola makan sehat dapat memberikan manfaat dengan risiko yang minim.