Ikhbar.com: Generasi Z atau kelompok masyarakat yang lahir pada rentang tahun 1997-2012 banyak yang kehilangan pekerjaan tahun ini. Sejumlah faktor diyakini menjadi penyebab banyak perusahaan memecat Gen Z.
Dikutip dari Forbes, sebanyak 60% pengusaha memecat karyawan dari kalangan Gen Z tahun ini. Dalam laporan tersebut, Gen Z dinilai memiliki tingkat kemalasan yang lebih tinggi dari gerasi lainnya. Mereka juga merasa mempunyai hak istimewa dan juga ketidakdewasaan.
Baca: 6 dari 10 Perusahaan Pecat Karyawan Gen Z Tahun Ini
Selain itu, faktor lainnya yang lebih kompleks juga menjadi biang kerok Gen Z dipecat dari pekerjaan mereka, berikut rinciannya:
1. Kurang motivasi
Tidak memiliki motivasi yang kuat menjadi biang kerok utama Gen Z kehilangan pekerjaan. Dari laporan Forbes tersebut, sifat yang kurang baik tersebut bahkan menjadi bahan gunjingan generasi milenial dan baby boomers di tempat kerja.
“Beberapa orang dari generasi milenial hingga baby boomers membicarakan bahwa Gen Z enggan untuk bekerja keras dalam apa yang dicapai,” tulis laporan Forbes dikutip pada Ahad, 3 November 2024.
2. Cara komunikasi yang berbeda
Meski dikenal lebih mahir dalam menggunakan teknologi, nyatanya Gen Z mengalami kesulitan dalam keterampilan komunikasi tatap muka.
Alhasil, kurangnya keterampilan ini bisa menyebabkan kesalahpahaman. Di sisi lain, faktor ini juga membuat mereka terlihat kurang kooperatif atau tidak peduli dengan tim.
“Faktor ini pada akhirnya berpotensi menciptakan kesenjangan dalam pembelajaran. Dengan bekal yang buruk ini, Gen Z kerap tidak siap ketika harus melakukan rapat, presentasi, dan kolaborasi mendalam,” katanya.
3. Menolak budaya kerja tradisional
Salah satu contoh Gen Z menolak budaya kerja tradisional adalah menolak jam kerja yang panjang, hingga keterlibatan dalam pekerjaan seseorang.
Sementara, generasi sebelumnya memiliki prinsip bahwa kesuksesan dikaitkan dengan kerja keras dan pengorbanan karir. Hal ini berbeda dengan apa yang diterapkan Gen Z di tempat kerja.
“Gen Z tidak mempercayai hal itu. Mereka bukan sekadar menginginkan gaji, melainkan keseimbangan, makna, dan rasa kepuasan pribadi yang tidak sepenuhnya untuk pekerjaan,” katanya.
Lebih lanjut, Gen Z cenderung memprioritaskan kesehatan mental dari pada kemajuan karir. Perubahan prioritas inilah yang cukup mengejutkan bagi rekan kerja mereka, terutama yang lebih tua.
Alhasil, Gen Z cenderung tidak mau mengambil lembur di kantor atau terus-menerus bos mereka menghubungi setelah melewati jam kerja.