Ikhbar.com: Bahasa Turki memiliki keunikan linguistik yang jarang ditemukan di bahasa lain. Salah satunya, adanya bentuk akhiran yang memungkinkan penuturnya berbicara tentang informasi yang tidak mereka saksikan secara langsung. Keunikan bahasa tersebut akhir-akhir ini viral di media sosial (medsos).
Fitur bahasa yang dimaksud kerap dijuluki sebagai “kata gosip,” meskipun secara teknis lebih tepat disebut sebagai bentuk “evidential,” yang dalam kajian bahasa merujuk pada cara penutur menunjukkan bagaimana mereka memperoleh suatu informasi.
Praktiknya, ketika seorang penutur bahasa Turki menambahkan akhiran -mış, -miş, -muş, atau -müş ke sebuah kata, berarti ia sedang mengisyaratkan bahwa informasi tersebut merupakan sesuatu yang ia dengar atau terima dari sumber lain, tetapi tanpa pengalaman langsung.
Pakar bahasa dari Universitas Oxford, Nicholas Kontovas menjelaskan, dalam bahasa Turki, akhiran ini sejatinya berfungsi lebih dari sekadar “kata gosip.”
“Bahasa Turki sebagian besar dibentuk oleh akhiran. Dan -mış adalah salah satu dari akhiran tersebut. Penggunaannya memang sering diasosiasikan dengan kabar atau rumor yang tidak disaksikan sendiri,” ujar Kontovas, sebagaimana dikutip dari Euro News, Ahad, 27 Oktober 2024.
Dia mencontohkan, ungkapan “Ahmet yapmış” berarti “(Katanya) Ahmet melakukannya.” Di sini, akhiran -mış memberi tahu pendengar bahwa pembicara tidak memiliki bukti langsung atas tindakan Ahmet tersebut.
Namun, fungsi akhiran ini lebih luas daripada sekadar menyampaikan gosip. Akhiran -mış, dalam perspektif linguistik, termasuk dalam kategori evidential atau penanda cara penutur memperoleh informasi.
“Secara umum, evidential menunjukkan apakah seseorang mendapat informasi itu secara langsung, melalui orang lain, atau sebagai rumor,” kata Kontovas.
“Bahkan, di beberapa bahasa, bentuk evidential juga menyiratkan sikap penutur terhadap kebenaran informasi yang ia sampaikan. Misalnya, seseorang bisa menggunakan evidential untuk mengatakan ‘Saya dengar ini, tapi saya meragukannya,” sambungnya.
Dalam bahasa Turki, akhiran -mış juga digunakan untuk menandakan tindakan yang telah selesai dilakukan di masa lalu, mirip dengan present perfect dalam bahasa Inggris seperti “I have seen the movie.” Artinya, keunikan akhiran ini tidak hanya terkait pada gosip atau rumor, tetapi juga untuk berbagai bentuk informasi yang diperoleh secara tidak langsung atau diragukan kebenarannya.
Dalam jurnalisme Turki, penggunaan akhiran -mış ini menjadi cukup menarik. Menurut Kontovas, beberapa jurnalis di sana menghindari penggunaannya dalam laporan formal, terutama jika mereka ingin memastikan bahwa informasi yang disampaikan benar-benar meyakinkan dan tidak bersifat ambigu.
Biasanya, para wartawan akan menggunakan frase seperti “menurut laporan” atau kutipan langsung untuk menghindari keraguan atau ambiguitas.
“Jurnalis yang baik akan mengatakan ‘menurut laporan ini’ atau akan mengutip sumber secara langsung agar tidak terjebak dalam ketidakpastian,” kata Kontovas.
Ia menambahkan bahwa di dalam laporan yang tidak meyakinkan, terkadang penggunaan -mış bisa menjadi penanda bahwa informasi tersebut sekadar rumor.
Baca: Seperti Apa Tulisan ‘Gen Z’ dalam Bahasa Arab?
Namun, lanjutnya, tak semua jurnalis Turki menghindari akhiran ini. Dalam beberapa situasi, penggunaan -mış justru dianggap sebagai alat yang menguatkan objektivitas, karena secara implisit mengakui bahwa informasi tersebut bukan berasal dari pengalaman pribadi penulis berita.
Meski demikian, penggunaan -mış juga dapat menimbulkan efek lain pada pembaca, karena orang Turki mungkin akan merasakan keraguan dalam informasi yang disampaikan.
“Jika kita hidup di dunia yang ideal, berita palsu pasti akan langsung diusut. Tapi dengan adanya -mış, kita bisa dengan mudah mengidentifikasi jika sebuah berita hanya berdasarkan kabar burung,” ujar Kontovas.