Ikhbar.com: Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 masih memunculkan kekhawatiran adanya polarisasi dalam masyarakat seperti yang terjadi pada periode sebelumnya. Pembelahan sosial yang mengiringi pesta demokrasi itu dipicu praktik penggunaan politik identitas para kontestan atau pendukung tiap-tiap calon.
Peneliti Asia Research Institute, National University of Singapore, Eve Warburton dalam Deepening Polarization and Democratic Decline in Indonesia (2020) menjelaskan, tiga pemilihan umum (Pemilu), yakni Pilpres pada 2014, Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta (2017), dan Pilpres (2019) telah membuat negara ini terpecah-belah, bahkan disebut lebih parah daripada beberapa dekade sebelumnya.
“Kampanye kotor dijalankan secara laten, melalui akun media sosial anonim, dan majalah atau tabloid,” tulisnya, dikutip Ahad, 30 Juli 2023.
Baca: Politik Identitas Jadi PR Pemilu 2024
Cara-cara fitnah dan namimah (adu domba) memang kerap ditemukan menjadi sarana untuk meningkatkan elektabilitas. Akibatnya, perpecahan di tengah masyarakat tak terhindarkan.
Namimah merupakan perbuatan buruk yang perlu dihindari. Pasalnya, hal itu bertentangan dengan perintah Allah Swt agar manusia mampu merawat persaudaraan dan persatuan. Allah Swt berfirman:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
“Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran: 103).
Perbuatan namimah berdampak destruksi sosial yang mengerikan. Tak sedikit hubungan persaudaraan putus, hingga saling bermusuhan lantaran berbeda preferensi politik yang diperparah dengan informasi-informasi yang mengadudomba. Oleh sebab itu, Rasulullah Saw memperingatkan pelakunya dengan ancaman neraka. Diriwayatkan Huzaifah Ra, Rasulullah Saw bersabda:
“Orang yang suka mengadu domba tidak akan masuk surga.”
Guna terhindar dari perbuatan yang bernama lain politik devide et empira itu, maka masyarakat perlu melakukan tiga hal berikut:
Tabayun
Informasi yang beredar tidak selalu mengandung fakta atau kebenaran. Berita yang meragukan sebaiknya disikapi secara skeptis, tidak gampang percaya, dan didasari kehati-hatian. Terlebih kabar burung yang berkaitan dengan reputasi seseorang atau kelompok.
Cara agar tidak terjebak berita bohong adalah dengan tabayun alias meneliti ulang kabar tersebut dengan mencari sumber lain yang lebih tepercaya. Allah Swt berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6).
Husnuzan
Respons yang agresif terhadap sebuah berita acapkali dilatarbelakangi prasangka buruk terhadap kontestan politik yang tidak dipilihnya. Kemudian, komentar-komentar bernada kebencian pun menimbulkan efek bola salju dan melahirkan kebencian-kebencian yang baru. Allah Swt berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat: 12).
Tawaduk dan qana’ah
Sikap lain yang tak kalah penting untuk dipersiapkan umat Islam jelang momentum politik lima tahunan ini adalah sikap tawaduk (rendah hati) dan qana’ah (lapang dada). Kedua sifat tersebut sangat dibutuhkan agar bisa menyikapi kemenangan maupun kekalahan dengan bijak. Pasalnya, kerap kali kabar kemenangan membuat seseorang menjadi sombong, dan fakta kekalahan membuat para pendukung menjadi marah, sedih, dan berputus asa.
Allah Swt berfirman:
وَاِذَآ اَنْعَمْنَا عَلَى الْاِنْسَانِ اَعْرَضَ وَنَاٰ بِجَانِبِهٖۚ وَاِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ كَانَ يَـُٔوْسًا
“Apabila Kami menganugerahkan kenikmatan kepada manusia, niscaya dia berpaling dan menjauhkan diri (dari Allah dengan sombong). Namun, apabila dia ditimpa kesusahan, niscaya dia berputus asa.” (QS. Al-Isra: 83).