Ikhbar.com: Sungguh tidak mudah untuk bisa selalu menyunggingkan senyum di setiap keadaan dan kesempatan. Wajah yang tampak, biasanya dengan begitu terang akan menyiratkan suasana hati seseorang yang sejatinya tengah dilanda senang, tenang, sedih, maupun kesal.
Namun, hal itu rupanya tak berlaku bagi sahabat anak Indonesia, Kak Seto. Profesor bidang psikologi bernama lengkap Seto Mulyadi itu nyaris tak pernah tertangkap kamera sedang bermuka cemberut, terlebih lagi, ketika berada tepat di hadapan anak-anak kecil.
Tim Ikhbar.com sedikit banyak mengamati padatnya agenda harian Kak Seto di usianya yang tak lagi muda itu. Hampir setiap hari tanpa putus, tokoh legendaris, terutama di mata anak-anak era 1990-an itu, dengan begitu gesit berpindah dari satu kota ke kota lainnya. Dari setiap kegiatan yang di jalaninya, Ketua Umum Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) tersebut selalu menawarkan aura positif lewat foto-foto maupun video-video pendek kegiatan yang biasa ia bagikan di layar cerita Instagram bernama @kaksetosahabatanak miliknya.
Malahan, Kak Seto seolah-olah sedang menyindir para “remaja jompo” dengan gerakan energiknya berupa menari, bernyanyi, lari-lari kecil, bahkan sesekali menunjukkan minat dan keahliannya dalam melakukan parkur.
Ya, di usianya jelang 72 tahun, Kak Seto barangkali tengah membuktikan bahwa bukanlah hati yang melulu bisa menentukan air muka, tetapi sebaliknya, goresan senyum di wajah turut bersumbangsih bagaimana keadaan dan suasana yang diharapkan bisa tercipta.

Senyum menentukan suasana hati
Mari kita uji dugaan bahwa yang diimani Kak Seto adalah “senyum menciptakan suasana hati,” bukan sebaliknya. Lewat laporan di jurnal Nature Human Behavior berjudul A Multi-lab Test of the Facial Feedback Hypothesis by the Many Smiles Collaboration (2022), kita bisa mengetahui, ternyata justru banyak orang dengan maupun tanpa sadar mengalami dan merasakan teori berkebalikan tersebut.
Tim peneliti memulai proyek riset ambisius itu dengan merekrut hampir 4.000 peserta dari 19 negara. Dengan partisipan riset sebanyak itu, mereka menguji apakah tersenyum, baik secara sadar atau tidak sengaja, benar-benar dapat memengaruhi suasana hati seseorang menjadi lebih baik.
Relawan pun dibagi ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama diperlihatkan gambar seorang aktor yang tersenyum dan diminta untuk menirukan gambar itu. Kelompok kedua diberi instruksi tentang cara mengatur otot wajah. Tanpa disadari, mereka mencoba ekspresi tersenyum. Sementara kelompok ketiga diminta memegang pena di mulut mereka dengan gigi atau bibir mereka dan salah satunya diminta memasang ekspresi tersenyum.
Berdasarkan eksperimen tersebut, setidaknya sebagian di antara responden merasa lebih senang.
“(Gagasan) bahwa tersenyum akan membuat Anda merasa lebih gembira, mungkin patut dicoba,” kata ketua peneliti, Nicholas Coles dikutip dari IFL Science, Ahad, 25 Juni 2023.
Hipotesis itu, kian dikuatkan pendapat seorang psikolog di NYU Langone Health, Thea Gallagher. Ia menganalisa ekspresi perlawanannya lalu memunculkan kesimpulan bahwa memasang wajah jijik akan memicu perasaan jijik selanjutnya secara lebih intens.
Baca: Tarif Kursus Senyum di Jepang Rp800 Ribu/Jam, Ini Pahala Berwajah Semringah dalam Islam
Sedekah dan rumah khusus di surga
Dalam Islam, senyum dikategorikan sebagai sedekah paling ringan. Rasulullah Muhammad Saw bersabda:
تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.” (HR. Tirmidzi).
Senyum atau menampilkan wajah penuh semringah juga disebut sebagai kebaikan. Dalam riwayat lain, Nabi Saw bersabda:
لا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلِيقٍ
“Janganlah kamu meremehkan suatu perbuatan baik sekecil apapun, meski kamu hanya bertatap muka dengan saudaramu dengan wajah cerah dan ceria.” (HR. Muslim).
Pada hadis lainnya, pahala senyum kepada orang lain dikelompokkan dengan sedekah memberikan makanan maupun minuman.
عَنْ أبي ذر الغفاري – رضي الله عنه – قال قال رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم- تَبَسُّمُكَ في وَجْهِ أَخِيْكَ صدقةٌ، وأَمْرُكَ بِالمَعْرُوْفِ وَنَهْيُكَ عَنِ المُنْكَرِ صدقةٌ، وإِرْشَادُكَ الرَّجُلَ في أَرْضِ الضَلَالِ لَكَ صدقةٌ، وإِمَاطَتُكَ الأَذَى وَالشَوْكَ وَالعَظْمَ عَنِ الطَّرِيْقِ لَكَ صدقةٌ، وَإِفْرَاغُكَ مِنْ دَلْوِكَ فِي دَلْوِ أَخِيْكَ صدقةٌ
“Dari sahabat Abu Dzar Ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, ‘Senyummu di hadapan saudaramu bernilai sedekah. Amar makruf dan nahi mungkarmu juga bernilai sedekah. Bantuan petunjukmu pada seseorang yang tersasar di suatu tempat pun bernilai sedekah. Penyingkiranmu atas benda menyakitkan, duri, dan tulang dari jalan juga bernilai sedekah. Pemberian air dari timbamu ke timba saudaramu juga bernilai sedekah.” (HR. Tirmidzi).
Kembali ke Kak Seto, Pengasuh Pondok Pesantren Ketitang Cirebon, Jawa Barat mengaku kagum dengan ikhtiar senyum yang senantiasa dihadirkan sosok kelahiran Klaten, Jawa Timur, 28 Agustus 1951 tersebut.

Kala memberikan sambutan pada Seminar Nasional: Membumikan Konsep Perlindungan Anak dalam Islam, serta Deklarasi Jaringan Pondok Pesantren Ramah Anak (JPPRA) di Pondok Pesantren Ketitang Cirebon, Jumat, 23 Juni 2023 kemarin, Kiai Zuhri menyebut, semangat yang Kak Seto hadirkan itu selaras dengan janji Allah Swt lewat sebuah hadis tentang keberadaan surga khusus bernama Darul Farah. Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّ في الجنة دارا يقال لها دار الفرح لا يدخلها إلا من فَرَّحَ الصبيان
“Sesungguhnya di surga ada satu rumah yang bernama Darul Farah (Rumah kegembiraan). Tiada yang mampu memasukinya kecuali orang yang senantiasa menggembirakan anak-anak kecil.”
“Hadis itu disebut Imam Suyuthi dalam Lubabul Hadits, diriwayatkan Imam Abu Ya’la dari Aisyah,” kata Kiai Zuhri.
Menurut Kiai Zuhri, keistikamahan untuk menampilkan wajah penuh senyum seperti yang dilakukan Kak Seto, mesti dijadikan inspirasi bagi semua pihak, terutama yang memiliki singgungan dengan dunia anak-anak.
“Beruntunglah bagi para guru, terlebih di tingkatan TK atau SD, selamat, Anda telah memilih zona luar biasa yang dijanjikan Allah Swt,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Pengasuh Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon, Jawa Barat, KH Ahmad Zaeni Dahlan menegaskan, manfaat positif yang selalu diberikan Kak Seto bukan cuma sebatas senyuman. Hal ihwal itu, ujar Kiai Ahmad, tidak mungkin bisa muncul tanpa adanya cara pandang yang tepat.
“Benar, jika Kak Seto tadi berpesan bahwa dalam mengajar anak-anak harus dengan penuh rasa cinta. Sebab, Hal ini juga berhubungan definisi al-ulama man nadzar al ummat bi aini arrahmah, ulama atau guru adalah seseorang yang mampu memandang umatnya dengan pandangan kasih sayang,” katanya.
Sementara itu, Kak Seto mengatakan, syarat wajib menjadi guru yang diperlukan hari ini adalah kemampuan untuk menghadirkan rasa aman dan nyaman bagi anak atau peserta didik. Kak Seto menyebut, mendidik dengan cara yang kaku dan mengandung unsur-unsur kekerasan dengan dalih pendisiplinan sudah tak lagi relevan.
“Dulu, mungkin tradisi mengajar ada yang dengan cara membentak, menjewer, atau dengan menyentil anak-anak, itu ketinggalan zaman. Sekarang zaman cinta. Guru harus bisa tersenyum dan menyayangi murid dengan cara setulus-tulusnya,” kata dia.
Kak Seto menyebut, para guru tidak usah khawatir dengan semangat belajar anak-anak hingga kemudian menghalalkan cara-cara kekerasan dengan dalih membentuk kedisiplinan.
“Sebab, pada dasarnya anak-anak itu senang belajar. Sejak lahir, mereka sudah belajar tengkurap, duduk, berdiri, bernyanyi, berdoa. Tetapi yang harus diingat, mereka butuh suasana yang ramah anak,” ujar Kak Seto.