Tafsir QS. Al-Baqarah Ayat 183: Cara Puasa Umat Terdahulu

Praktik puasa telah dilakukan umat Yahudi, Nasrani, bahkan masyarakat peradaban kuno seperti Mesir, Yunani, dan Romawi.
Ilustrasi puasa. PIXABAY/Onirvan

Ikhbar.com: Puasa merupakan ibadah yang tidak hanya diperintahkan dalam Islam, tetapi juga telah menjadi bagian dari ajaran berbagai agama dan peradaban terdahulu.

Pendapat tersebut seperti yang ditegaskan dalam QS. Al-Baqarah: 183. Allah Swt berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Ayat ini menunjukkan bahwa kewajiban puasa bukanlah sesuatu yang baru dalam syariat Islam, melainkan telah menjadi tradisi spiritual yang diwariskan umat-umat sebelumnya.

Dalam berbagai kitab tafsir dan penelitian sejarah, ditemukan bahwa praktik puasa telah dilakukan umat Yahudi, Nasrani, bahkan masyarakat peradaban kuno seperti Mesir, Yunani, dan Romawi.

Meski demikian, tata cara, waktu berbuka, serta tujuan puasa mereka memiliki perbedaan yang beragam.

Baca: 5 Rekomendasi dan Link Download PDF Kitab Kuning untuk ‘Ngaji Pasaran’ Ramadan 2025

Tradisi Yahudi

Dalam tradisi Yahudi, puasa merupakan bentuk ibadah yang dilakukan sebagai pertobatan dan pengampunan dosa. Salah satu puasa paling terkenal dalam agama Yahudi adalah Yom Kippur, yang juga dikenal sebagai Hari Pendamaian.

Puasa para penganut ajaran Yahudi ini berlangsung selama 24 hingga 25 jam. Dalam kurun waktu tersebut, mereka dilarang makan, minum, dan melakukan aktivitas tertentu mulai dari matahari terbenam hingga matahari terbenam keesokan harinya.

Imam Al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an menjelaskan, umat Yahudi juga memiliki kebiasaan berpuasa pada hari Asyura sebagai bentuk penghormatan atas peristiwa keselamatan Nabi Musa As dan kaumnya dari kejaran Fir’aun di Laut Merah.

Kemudian, lanjut Imam Al-Qurthubi, tradisi ini diadopsi dalam Islam. Nabi Muhammad Saw menganjurkan umat Islam untuk berpuasa pada hari Asyura sebagai bentuk syukur kepada Allah Swt, serta mewajibkan puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadan.

Baca: 5 Watak Buruk Kaum Yahudi menurut Al-Qur’an

Ajaran Nasrani

Dalam ajaran Katolik, puasa menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mengendalikan hawa nafsu. Puasa yang paling terkenal dalam agama Nasrani adalah Lent (Prapaskah), yang berlangsung selama 40 hari sebelum perayaan Paskah. Selama periode ini, umat mereka diharuskan menahan diri dari makan-makanan tertentu, seperti daging dan produk hewani lainnya.

Menurut Brakke, D. dalam Journal of Religious History yang bertajuk “Fasting in Early Christianity (2010),” puasa umat Katolik mulanya dilakukan dengan sangat ketat. Beberapa sekte Kristen awal bahkan tidak berbuka puasa hingga matahari terbenam, sementara yang lain hanya diperbolehkan makan roti dan air selama masa puasa.

Sementara Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Azim menyebutkan bahwa umat Nasrani awalnya menjalankan puasa selama satu bulan penuh, tetapi kemudian mengalami perubahan. Hal itu karena adanya campur tangan pemuka agama mereka yang mengubah jumlah hari.

Baca: Mengunjungi Gereja di Afrika Selatan yang Kini Jadi Markas Gerakan Pro-Palestina

Praktik peradaban kuno

Selain dalam agama-agama samawi, praktik puasa juga ditemukan dalam berbagai peradaban kuno. Bangsa Mesir Kuno, misalnya, mereka melakukan puasa sebelum ritual keagamaan sebagai bentuk penyucian diri.

Para pendeta Mesir berpuasa selama beberapa hari sebelum memasuki kuil atau melaksanakan ritual pemujaan dewa-dewa mereka.

Selain itu, bangsa Yunani dan Romawi juga mengenal puasa sebagai metode untuk meningkatkan disiplin spiritual dan kesehatan tubuh. Filsuf Yunani seperti Pythagoras dan Socrates sering berpuasa selama beberapa hari untuk membersihkan pikiran dan mencapai kebijaksanaan.

Dalam Journal of Ancient Studies dengan judul Fasting in Ancient Civilizations (2015), disebutkan bahwa masyarakat Romawi menggunakan puasa sebagai metode penyembuhan dan detoksifikasi tubuh.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.