Beda Makna Musibah, Cobaan, dan Azab dalam Al-Qur’an

Di dalam Al-Qur’an, kata “musibah” disebutkan sebanyak 13 kali.
Banjir merendam sebuah kota. PIXABAY/J Lloa

Ikhbar.com: Tahun 2025 ditandai dengan banyaknya bencana banjir yang melanda di sejumlah wilayah Indonesia. Volume air yang datang menerjang pun beragam, ada yang kecil, sedang, bahkan hingga menelan korban jiwa.

Beberapa spekulasi muncul dalam kejadian tersebut, mulai dari menganggapnya sebagai musibah biasa, cobaan, hingga azab atau balasan atas perilaku manusia yang dinilai tindak kemungkaran.

Umat Muslim sekiranya perlu memahami lebih dalam perbedaan makna tiga istilah tersebut. Meski sekilas terdengar serupa, tetapi musibah, cobaan, dan azab sejatinya memiliki arti yang berbeda.

Baca: Banjir Dahsyat dalam Rekaman Al-Qur’an

Alat ukur keimanan

Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa musibah adalah segala sesuatu yang mengganggu orang mukmin dan menjadi bencana baginya, baik yang dirasakan itu ringan maupun berat. Kata “musibah” juga sering digunakan untuk setiap kejadian buruk yang tidak dikehendaki.

Sedangkan menurut Syekh Mutawalli As-Sya’rawi, musibah dibagi menjadi dua macam, yaitu yang berkaitan dengan dunia dan yang berkaitan dengan perihal agama.

Musibah dunia meliputi harta, penyakit, kematian keluarga dekat, gagal panen, kebangkrutan usaha, dan lain-lain. Sedangkan musibah dalam urusan agama adalah ketiadaan amal saleh dalam hidup seseorang.

Baca: Doa Antibanjir Sesuai dengan Kontur Alam Indonesia

Di dalam Al-Qur’an, kata “musibah” disebutkan sebanyak 13 kali. Penjelasannya pun beragam, mulai dari musibah sebagai ujian, teguran, dan murni ketetapan dari Allah Swt.

Dalam QS. Al-Baqarah: 155-156, Allah Swt berfirman:

 وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ. اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

“Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali).”

Menurut pandangan Sayid Quthb dalam Tafsir fii Zilal al-Qur’an, ayat tersebut menekankan pentingnya umat Muslim menjadikan musibah sebagai momentum untuk memperkuat keimanan. Pengalaman mengalami musibah seperti ketakukan, kelaparan, kesengsaraan, kehilangan harta, nyawa, serta makanan semata-mata didatangkan untuk menguatkan keyakinan kepada Allah Swt.

Sayyid Quthb berpendapat bahwa dengan menghadapi musibah tersebut, seseorang dapat mengukur sejauh mana keimanan dan keteguhan akan akidahnya.

Baca: MUI: Banjir Bukan Azab

Cobaan adalah panggilan taat

Cobaan dalam bahasa Islam kerap disebut sebagai Ibtila’. Dikutip dari Konsep Al-Ibtila’ menurut Islam: Tinjauan Deskriptif Berdasarkan Beberapa Ayat Al-Quran dan Al-Hadis (2021), Sayid Mohammad Hilmi menuliskan bahwa Ibtila’ merupakan sunah kehidupan. Maka dari itu, dunia adalah tempat ujian. Ia menegaskan bahwa setiap manusia pasti akan menghadapi ujian dalam berbagai bentuk, baik kesenangan maupun kesulitan.

Pendapat tersebut senada dengan QS. Al-A’raf: 168. Allah Swt berfirman:

وَقَطَّعْنٰهُمْ فِى الْاَرْضِ اُمَمًاۚ مِنْهُمُ الصّٰلِحُوْنَ وَمِنْهُمْ دُوْنَ ذٰلِكَ ۖوَبَلَوْنٰهُمْ بِالْحَسَنٰتِ وَالسَّيِّاٰتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

“Kami membagi mereka di bumi ini menjadi beberapa golongan. Di antaranya ada orang-orang yang saleh dan ada (pula) yang tidak. Kami menguji mereka dengan berbagai kebaikan dan keburukan agar mereka kembali (pada kebenaran).”

Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam Tafsir Mafatih al-Ghaib menyebut bahwa setiap ujian yang berupa kebaikan maupun keburukan pada hakikatnya ialah panggilan untuk senantiasa taat kepada-Nya.

Ujian dalam bentuk kebaikan merupakan targhib, yakni pelajaran yang menyenangkan. Sedangkan pada ujian dengan bencana dan musibah merupakan tarhib, yaitu sebagai pelajaran dengan ancaman.

Dengan memahami konsep Ibtila’, seorang Muslim diharapkan dapat menghadapi setiap ujian dengan kesabaran, keteguhan iman, dan selalu berprasangka baik kepada Allah Swt, menyadari bahwa setiap cobaan memiliki hikmah dan tujuan tertentu.

Baca: Buku Penting sebelum Masa Genting

Ratusan kata azab

Berbeda dengan musibah dan cobaan, azab adalah hukuman yang diturunkan Allah Swt kepada orang-orang yang ingkar dan bermaksiat sebagai balasan atas dosa-dosa mereka.

Kosa kata “azab” dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 373 kali yang tersebar dalam 69 surat. Dari sekian banyak redaksi lafaz tersebut, sejumlah ulama sepakat bahwa azab meliputi berbagai peristiwa yang menimpa manusia karena perbuatan mereka yang melanggar ketetapan Allah Swt, baik yang berdampak besar maupun kecil.

Pandangan ini berdasarkan firman Allah dalam QS. Ad-Dukhan: 15-16. Allah Swt berfirman:

اِنَّا كَاشِفُوا الْعَذَابِ قَلِيْلًا اِنَّكُمْ عَاۤىِٕدُوْنَۘ. يَوْمَ نَبْطِشُ الْبَطْشَةَ الْكُبْرٰىۚ اِنَّا مُنْتَقِمُوْنَ

“Sesungguhnya (kalau) Kami melenyapkan azab itu sebentar saja, pasti kamu akan kembali (ingkar). (Ingatlah) pada hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan hantaman yang besar). Sesungguhnya Kami adalah pemberi balasan.”

Dikutip dari Tafsir Kementerian Agama (Kemenag), ayat ini mengisahkan orang-orang kafir Makkah yang menentang dakwah Nabi Muhammad Saw. Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa seandainya Dia melenyapkan sebagian azab itu dari orang-orang kafir sesuai dengan permintaannya agar mereka berbuat baik dan tidak lagi melanggar larangan-larangan Allah Swt. Namun, mereka tetap saja dalam keadaan semula, yaitu mendustakan Allah Swt dan rasul-Nya.

Baca: Yuhyi wa Yumit, Pesan Keberlangsungan Hidup dalam Karya Efek Rumah Kaca

Sementara pada ayat 16, Allah Swt menerangkan bahwa pada hari kiamat nanti Dia akan memberikan balasan siksa yang amat pedih kepada orang kafir Makkah. Pada hari itu, tidak akan ada pembela, penolong, dan penyelamat yang akan mampu menghalangi siksaan Allah Swt yang dijatuhkan kepada mereka. Dan di saat itulah mereka merasakan penyesalan yang mendalam.

Dengan memahami perbedaan ini, seorang Muslim diharapkan dapat menyikapi setiap kejadian dengan sikap yang bijak, yakni bersabar dalam musibah, bersyukur dan bertawakal dalam cobaan, serta menjauhi maksiat agar terhindar dari azab.

Ikuti dan baca artikel kami lainnya di Google News.