Ikhbar.com: Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Buya KH Said Aqil Siroj menjelaskan sejumlah tindakan yang penting dilakukan seorang muslim dalam menyambut tahun baru. Tiga langkah itu juga bisa dijadikan sebagai indikator atas kualitas keimanan seorang hamba kepada Allah Swt.
“Seorang muslim hendaknya melakukan tiga hal. Pertama adalah muhasabah, yakni introspeksi diri,” kata Buya Said, dikutip dari akun Youtube NU Channel, Sabtu, 31 Desember 2022.
Kiai Said, lantas melanjutkan dengan mengutip ungkapan Amirul Mukminin, Umar bin Khattab;
حَاسِبُوْا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا
“Hitunglah (amal) diri kalian semua sebelum kalian semua dihisab.”
Dengan muhasabah, lanjut Buya Said, maka manusia bisa mengetahui hal-hal positif dan negatif yang pernah dilakukannya. Selain itu juga mampu membedah faktor-faktor yang mengakibatkan kesuksesan dan kegagalan yang diraih dalam setahun terakhir.
“Kesuksesan dan kegagalan harus menjadi pelajaran yang efektif. Kesuksesan harus ditingkatkan secara optimistis. Namun, kegagalan jangan sampai disandarkan dengan menyalahkan orang lain,” kata dia.
Langkah kedua adalah muatabah alias penyesalan. Menurut Buya Said, langkah ini penting demi meneguhkan diri sebagai pribadi yang dewasa dan bertanggung jawab karena tidak menyalahkan orang lain.
“Manusia itu bisa jahat, keliru, zalim, atau munkar. Itu bersumber dari diri sendiri. Karena manusia punya nafsu ghadzabiyah dan nafsu syahwatiyah,” katanya.
Di sisi lain, manusia juga berpotensi besar bisa melakukan kebaikan dan mengikuti jalan kebenaran. “Karena kita punya nafsu muthmainnah yang selalu mengajak pada kebaikan. Kesalahan harus disesali dan diperbaiki, sedangkan kebaikan harus dipertahankan, bahkan ditingkatkan lagi,” kata Kiai Said.
Langkah yang ketiga adalah muraqabah atau optimistis. Manusia, kata Buya Said, mesti memiliki sifat husnuzan, positif thinking, dan prasangka yang baik kepada Allah Swt.
“Haram menyalahkan Allah Swt. Seorang manusia harus berprasangka baik sekaligus terus mengharap pengampunan, rida, rahmat, dan kasih sayang Allah Swt,” kata dia.
Selanjutnya, pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah, Jakarta itu juga berpesan untuk tidak merawat rasa putus asa. “Sebab Allah tidak menyukai orang-orang yang berputus asa. Seperti terkandung dalam QS. Yusuf: 87,” pesan Buya.
وَلَا تَا۟يْـَٔسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ
“… Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah, kecuali kaum yang kafir.”