Oleh: Firda Diansyah (Mahasiswi Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Walisongo Semarang)
KECANGGIHAN teknologi di era disrupsi digital sekarang ini sedikit banyak telah mengubah sistem dan cara pandang manusia, termasuk dalam proses berkomunikasi. Hal itu membuktikan bahwa perkembangan internet telah banyak memberikan peran dan keikutsertaan dalam kehidupan sehari-hari.
Internet memberikan fasilitas sebagai sarana konektivitas dan komunikasi. Hal itu bisa dilihat dari sejumlah aktivitas yang terjadi dalam media sosial (medsos). Bahkan di tengah masyarakat majemuk yang berdampingan dengan teknologi dan serba digital, aktivitas ini menjadi lebih dominan dilakukan ketimbang dengan berinteraksi secara langsung. Pilihan tersebut karena dinilai dunia virtual lebih fleksibel dalam berbagai situasi.
Menurut laporan We Are Social, pada Januari 2024 ada 185 juta individu pengguna internet di Indonesia. Angka tersebut setara setara 66,5% dari total populasi nasional yang berjumlah 278,7 juta orang. Data itu menunjukkan bahwa setengah dari populasi nasional di Indonesia telah memanfaatkan internet dalam berbagai aktivitasnya.
Adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga mempengaruhi sistem bidang layanan bimbingan konseling. Dalam kegiatannya, layanan ini dilakukan melalui komunikasi terapeutik antara konselor dengan individu lain.
Baca: Bagaimana Islam Membahas Kesehatan Mental? Ini Penjelasan Nyai Rihab Said Aqil
Ilmu dalam bidang layanan bimbingan konseling tentu akan memperlihatkan semakin banyak ilmu baru dan sejarah ilmu yang akan semakin luas. Keduanya dinilai mampu menyikapi berbagai perkembangan arus globalisasi, yang logikanya sudah mutlak dan tidak akan pernah berbalik arah kembali.
Dalam merespons fenomena tersebut, layanan bimbingan konseling kemudian bertransformasi dengan perkembangan teknologi yang ada, yakni mengadaptasikan teknologi baru ke dalam sistem operasional atau mengubah cara kerja dalam memanfaatkan teknologi yang ada. Langkah tersebut dilakukan dalam rangka pentingnya memfasilitasi perkembangan konseling secara terukur dan terarah sesuai dengan kondisi terkini.
Dengan perkembangan teknologi yang tiada hentinya, penyesuaian diri sangat penting untuk diupayakan sebagai konselor dengan memperhatikan dan memanfaatkan kesempatan yang ada. Maka, sangat memungkinkan bahwa proses layanan bimbingan konseling dapat dilakukan secara terpisah antara konselor dan klien tanpa memperhatikan batas ruang dan waktu.
Melihat pola dan sistem kehidupan sosial masyarakat yang sekarang mulai banyak mengakses layanan internet, cyber counseling dapat digunakan sebagai sebuah sarana yang efektif dalam mengakses berbagai informasi dan bantuan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
Cyber counseling adalah salah satu gebrakan yang dilakuan dalam sistem layanan konseling professional, layanan tersebut dilakukan ketika konselor dan klien berada secara terpisah dan memanfaatkan media elektronik untuk berkomunikasi melalui internet.
Dalam memberikan timbal balik yang positif serta memberikan manfaat, layanan profesional harus dapat diandalkan untuk kesejahteraan klien agar terlaksana sesuai konsep dan dapat memaksimalkan keterlibatan yang aktif.
Media yang digunakan dalam layanan cyber counseling bisa bermacam-macam, mengingat banyaknya situs di internet yang telah disediakan dan selalu melakukan pembaruan. Pertama, dapat menggunakan situs online atau website, layanan ini hanya memerlukan alamat website untuk dapat mengakses. Dalam prosesnya, klien disuruh untuk mengisi formulir terlebih dahulu untuk selanjutnya dilakukan tahapan yang telah dirancang dalam proses konseling.
Baca: Doomscrolling Ancam Pengguna Medsos, Ini Saran Al-Qur’an demi Jaga Kesehatan Mental
Kedua, dapat menggunakan aplikasi berbasis online, yaitu layanan konsultasi yang dapat diakses dengan mendownload melalui AppStore, android atau perangkat digital lainnya seperti hp dan laptop kemudian ikuti sesuai petunjuk aplikasi untuk masuk ke kanal yang sudah disediakan. Aplikasi tersebut bisa dimanfaatkan dalam kegiatan layanan cyber counseling sebagai proses chatting dan video conference.
Dalam kondisi seperti sekarang yang serba canggih, sangat mudah mengakses berbagai jenis aplikasi yang dapat digunakan sebagai media chatting dan video conference seperti WhatsApp, Messenger, Email, Zoom, atau bisa juga menggunakan jejaring sosial kekinian seperti Instagram, TikTok, Twitter, Line dan berbagai media sosial lainnya. Keterampilan konselor dalam pemanfaatan fitur yang ada di dalam aplikasi dapat membantu mempermudah layanan bimbingan konseling agar selaras dengan tujuan awalnya.
Penggunaan teknologi yang inovatif seperti penggunaan platform digital memungkinkan integrasi alat bantu tambahan seperti aplikasi pendukung kesehatan mental, sesi terapi kelompok virtual, dan sumber daya digital lainnya yang dapat memperkaya proses konseling.
Namun perlu dicatat bahwa, mendefinisikan kata-kata yang dituliskan maupun bentuk emoji atau animasi sangat diperlukan saat proses komunkiasi berlangsung agar menunjuang efektifitas dan keberhasilan dalam pelaksanaan proses konseling.
Cyber counseling memiliki keunggulan tersendiri yang menjadikannya pilihan yang semakin populer dan efektif dalam mendukung kesehatan mental. Media ini bisa menjadi alat penting dalam mengurangi stigma yang berkembang di masyarakat terkait kesehatan mental.
Bagi beberapa orang, stigma sosial terkait mencari bantuan psikologis bisa menjadi salah satu penghalang, cyber counseling bisa membantu mengurangi hambatan ini karena memungkinkan individu untuk mendapatkan bantuan tanpa harus mengunjungi klinik atau tempat konseling fisik, yang bisa mengurangi rasa cemas atau takut akan persepsi negatif dari orang lain.
Dengan semakin banyaknya orang yang menggunakan layanan konseling online, diskusi tentang kesehatan mental bisa menjadi topik yang lebih umum, sehingga dapat membantu mengubah pandangan negatif dari masyarakat dan seterusnya bisa menormalisasikannya.
Kenyamanan dan privasi dalam konseling sangat penting untuk memastikan bahwa klien merasa didengar dan dihargai, aspek ini juga dimiliki oleh cyber counseling yaitu meningkatkan rasa keterbukaan diri. Dalam kondisi tertentu, klien merasa lebih aman dan nyaman apabila melakukan komunikasi secara online karena tidak perlu bertatap muka dengan konselor. Klien dapat menemukan sisi kenyamanan mereka sendiri, sehingga dapat mengungkapkan permasalahannya tanpa memikirkan beban apapun.
Meskipun cyber counseling memiliki banyak manfaat, penting juga untuk mempertimbangkan tantangan seperti masalah teknis, keamanan data, dan kebutuhan akan koneksi internet yang stabil. Meski demikian, banyak di antaranya bisa diatasi dengan persiapan yang baik dan pilihan platform yang tepat. Sehingga tetap saja bagi banyak orang, konseling virtual merupakan solusi yang efektif dan praktis untuk mengakses dukungan kesehatan mental.