Ikhbar.com: Unggahan video yang menayangkan aktivitas di sebuah warung es dengan latar suara lantang seorang pria marah-marah karena tetap beroperasi di siang bulan Ramadan viral di media sosial. Video yang kali pertama ditayangkan akun Muallim Coker di platform TikTok itu pun dibanjiri hingga lebih dari 30 ribu komentar.
Video berdurasi 30 detik itu memunculkan pro-kontra atas aksi dari laki-laki yang cuma terekam dalam format suara tersebut. Meski begitu, ribuan komentar itu didominasi kecaman terhadap tindakan sang pria misterius itu.
“Lanjutkan jualan. Bebas cari rejeki yang penting halal. Puasa ya puasa. Gak ada urusan menghalangi orang lain saling berbagi rejeki halal,” tulis akun @panembahan7, dikutip pada Jumat, 31 Maret 2023.
Tindakan menghalangi orang berjualan makanan dan minuman siap saji di siang saat Ramadan, baik dilakukan individu maupun kelompok, bukanlah peristiwa baru. Aksi tersebut bahkan sempat mengalami eskalasi beberapa tahun silam karena digerakkan organisasi masyarakat (Ormas) tertentu.
Lazimnya, tindakan tersebut berdalih untuk menghormati orang-orang yang berpuasa karena mereka tidak makan di siang hari. Baik warung maupun restoran diminta memasang tirai demi menutupi aktivitas makan orang yang tidak berpuasa di dalamnya.
Berkebalikan dengan dalih tersebut, sebuah hadis riwayat At-Tirmidzi justru menceritakan tentang keutamaan orang yang berpuasa saat duduk bersama dengan orang yang sedang menyantap makanan.
Dalam As-Shiyam, Syekh Abdullah Sirajuddin Al-Husaini menjelaskan bahwa hadis tersebut mengisahkan seorang bernama Ummu ‘Imarah Al-Anshariyah. Sekali waktu, ia dikunjungi Nabi Muhammad Saw ketika dalam keadaan berpuasa di bulan selain Ramadan.
Ummu ‘Imarah lantas menghidangkan makanan untuk Nabi Saw. Tetapi, ketika Rasulullah Saw menawarinya makan bersama, ia pun berterus terang bahwa dirinya sedang berpuasa.
Menanggapi hal itu, Nabi Saw bersabda:
إِنَّ الصَّائِمَ إِذَا أُكِلَ عِنْدَهُ لَمْ تَزَلْ تُصَلِّي عَلَيْهِ الْمَلَاِئكَةُ حَتَّي يُفْرَغُ مِنْ طَعَامِهِ
“Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa yang di sampingnya terdapat orang yang makan, maka malaikat akan memohonkan ampunan untuknya hingga orang yang makan selesai.”
Dalam Faidh al Qadir, Imam Al Munawi menjelaskan bahwa keberadaan makanan di dekat orang yang berpuasa akan membangkitkan syahwatnya untuk ikut memakannya. Maka ketika seseorang berhasil memadamkan syahwatnya dan berusaha terus berada dalam ketaatan (berpuasa) para malaikat pun takjub dan akhirnya mereka berselawat (memintakan ampun) untuknya. Dan hadits ini juga berlaku mutlak, baik untuk orang berpuasa sunnah maupun wajib.
Senada, Ibnu Majah meriwayatkan sebuah hadis yang berbunyi, “Wahai Bilal, sesungguhnya tulang-tulang orang yang berpuasa membacakan tasbih dan para malaikat memohonkan ampunan untuknya selagi di sampingnya terdapat orang yang makan.”