Ikhbar.com: Hari terus bergulir mengiringi segala hiruk pikuk manusia di dunia. Pergantian hari tersebut ditandai dengan perubahan siang dan malam secara terus-menerus, berulang, dan beraturan.
Namun, manakah yang lebih dulu Allah Swt ciptakan? Siang atau malam?
KH Sobih Adnan menjelaskan, keberadaan siang dan malam menjadi salah satu penanda kekuasaan dan keesaan Allah Swt.
“Dengan kekuasaan-Nya, Allah menghilangkan siang dan menggantikannya dengan malam. Malam menggantikan siang, bukan sebaliknya, karena kegelapan merupakan asal, sementara terang merupakan cabang,” katanya, saat membacakan Tafsir Yasin karya Syekh Hamami Zadah dalam Ngaji Pasaran Ramadan 1444 H, di Asrama Kiai Salwa Yasin, Pondok Pesantren Ketitang Cirebon, Jawa Barat, Ahad, 2 April 2023.
Hal itu, lanjut Ang Sobih, sapaan karibnya, sebagaimana tercantum dalam QS. Yasin: 37. Allah Swt berfirman:
وَآيَةٌ لهَُمُ اللَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ النـَّهَارَ فَإِذَا هُمْ مُظْلِمُونَ
“Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam. Kami tanggalkan siang dari (malam) itu maka seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan.”
Oleh karena itu, lanjutnya, malam dinilai lebih utama ketimbang siang. Sebab, dalam Tafsir Yasin disebutkan, malam diciptakan dari surga, sedangkan siang dari neraka.
“Karena ada riwayat berupa atsar (perkataan sahabat), ‘Di dalam surga terdapat cahaya dan kegelapan. Allah menggabungkan kegelapan dan surga, dan Dia menjadikan malam darinya sehingga di dalam surga tidak ada lagi kegelapan. Begitu juga, Allah menggabungkan cahaya dan Jahanam, dan Dia menjadikan siang darinya sehingga di dalam neraka tidak ada lagi cahaya, tetapi semuanya hanya kegelapan,” katanya.
Di sisi lain, siang kerap disebut tempat kemaksiatan, sementara malam adalah waktu untuk bermenung, beristighfar, dan meminta ampun.
“Syekh Hamami Zadah menjelaskan bahwa malam menutupi aib-aib, sementara siang membukanya. Siang adalah pasarnya ahli dunia, sedangkan malam adalah milik ahli akhirat,” kata sosok yang juga sebagai Mudir Aam Ikhbar Foundation tersebut.
Beragam peristiwa suci nan penting pun banyak terjadi di waktu malam. Di antaranya, para malaikat mendengarkan suara tasbih Nabi Yunus As saat berada di dalam perut ikan, juga di saat Nabi Musa asyik masyuk bermunajat kepada Allah Swt di bukit Tursina.
“Terlebih lagi peristiwa Isra Mikraj yang dijalani Rasulullah Muhammad Saw, juga terjadi di malam hari,” katanya.
Sementara mengenai manakah yang lebih dahulu diciptakan antara siang dan malam? Dia menyebutkan bahwa informasi atau jawaban atas pertanyaan itu terdiri atas sejumlah perbedaan pendapat.
“Di dalam Al-Kamil Fi al-Tarikh, Imam Ibnu Atsir menjelaskan bahwa sejumlah pakar Islam berbeda pendapat dalam mengomentari masalah ini. Ada yang mengatakan malam lebih dulu ada, baru setelah itu muncul siang. Ada pula yang berpendapat sebaliknya,” katanya.
Ulama yang berpendapat bahwa malam lebih dulu diciptakan menyandarkan argumentasi pada keberadaan sinar matahari. Menurut mereka, siang ada karena tersinari matahari, sehingga ketika matahari terbenam maka siang pun kembali berubah menjadi malam.
“Pendapat ini di antaranya didukung Ibnu Abbas. Kelompok ini berargumen bahwa siang mendatangi kegelapan, yakni malam. Seandainya tidak ada cahaya matahari, maka malam itu akan terus berlanjut,” katanya.
Sedangkan ulama yang berpendapat bahwa siang tercipta terlebih dahulu mengatakan bahwa Allah bersifat qadim (dahulu), sementara yang lain bersifat hadits (baru). Sehingga ketika Allah sudah ada, maka yang lain masih belum ada, termasuk siang dan malam. Hanya saja, cahaya Allah Swt menerangi segala sesuatu sampai Dia menciptakan malam.
Menurut Ibnu Atsir, sebagian besar ulama lebih menyepakati pendapat bahwa malam diciptakan lebih dulu. Pendapat ini juga didasarkan pada QS. An-Naziat: 27-29.
أَأَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا. رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا. وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا
“Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya. Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang.”
“Pada ayat tersebut, Allah Swt menyebutkan kata ‘malam’ lebih dulu, baru setelah itu menyebutkan ‘siang,” kata Ang Sobih.