Ikhbar.com: Semua peristiwa yang terjadi di dunia merupakan ketetapan Allah Swt. Manusia sudah sepatutnya memasrahkan dan menyandarkan segala sesuatunya kepada Sang Maha Pencipta.
Demikian disampaikan ulama kharismatik, Buya Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj, dalam Mutiara Hikmah bertema “Tawakal,” yang dikutip dari akun YouTube Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, pada Sabtu, 1 April 2023.
“Saya sering menjelaskan, bahwa kita (manusia) ini hakikatnya ‘tidak ada,’ kemudian ‘diadakan’ oleh yang ‘Mengadakan.’ Maka, pasrahkan saja segala urusan kita kepada ‘Yang Mengadakan,’ yakni Allah Swt,” kata Buya Said.
“Kita miskin, kaya, sukses, gagal, mendapatkan jabatan tinggi, atau pun tinggal pangkat, semuanya semata-mata karena Allah Swt,” ungkap sosok yang juga mengemban amanat sebagai Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut.
Buya Said lantas menjelaskan bahwa Allah Swt berfirman:
وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا عِنْدَنَا خَزَاۤىِٕنُهٗ وَمَا نُنَزِّلُهٗٓ اِلَّا بِقَدَرٍ مَّعْلُوْمٍ
“Tidak ada sesuatu pun melainkan di sisi Kamilah perbendaharaannya dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.” (QS. Al-Hijr: 21)
Baca: Bagaimana Proses Kebenaran Dicerna Tubuh? Ini Penjelasan Buya Said Aqil
“Tetapi, kita tetap harus berikhtiar. Harus berikhtiar,” sambung Buya Said.
Buya Said menyebutkan, dalam proses gerak dari ikhtiar menuju tawakal, manusia harus menempuh sejumlah tahapan dan level berbeda. Untuk level pertama yang mesti dilalui adalah maqamil kasbi wa al ikhtiar atau level berusaha dan berikhtiar. Baru setelahnya, level maqam al tawakkul (Berserah diri kepada Allah Swt).
“Berusaha dulu dengan maksimal. Belajar dulu, menghafal dulu, barulah kita pasrah bahwa pintar dan bodoh itu ketentuan Allah Swt,” kata Buya Said.
Ketua Umum PBNU Masa Khidmat 2010-2020 tersebut menganalogikan tawakal dengan teknik sederhana bagi seseorang yang ingin menyandarkan tubuhnya ke sebuah dinding.
“Syarat untuk bisa menyandarkan badan ke tembok, ya, harus mendekat dulu. Ikhtiar dulu, ketika sudah dekat, barulah menyandarkan diri. Jangan masih jauh dari tembok langsung menyandarkan, yang ada malah terpelanting,” ucap Buya Said.
“Jangan sampai, tidak usah belajar, atau tidak usah bekerja, toh pintar atau kaya ketentuan Allah Swt,” lanjut Buya Said.
Tawakal mesti diawali dengan ikhtiar dan doa yang maksimal. “Baru setelahnya serahkan semua hasilnya kepada Allah Swt,” kata kiai kelahiran Cirebon, Jawa Barat tersebut.