Ikhbar.com: Keberadaan ka’bah bikin iri kota-kota di sekitar Mekkah. Betapa tidak, peziarah bangunan suci itu terus berbondong-bondong berdatangan tanpa putus. Otomatis, kehadiran para tamu menghasilkan banyak keuntungan. Dari mulai hasil penarikan pajak, hingga mampu menghidupkan pasar-pasar.
Perasaan cemburu itu tak lagi terbendung di semenanjung Arab wilayah selatan. Seorang raja bernama Abrahah Al Asyram berniat membangun bangunan serupa ka’bah, bahkan jauh lebih mewah.
“Sebagai seorang raja, Abrahah menjadi tokoh penting dalam penyebaran agama Kristen di wilayah Arab Selatan. Selain menekan keberadaan para pengikut Yahudi, sebuah katedral bernama Al-Qulays dibangun di atas reruntuhan Kota Ma’arib yang didaku gereja terbesar di masa itu,” tulis sejarawan Philip Khuri Hitti dalam History of The Arabs: From the Earliest Times to the Present (2002), dikutip Senin, 27 Februari 2023.
Sebelumnya, Hitti menuliskan riwayat karier Abrahah yang cukup moncer. Mula-mula, Abrahah merupakan seorang jenderal perang Kerajaan Aksum yang diperintah menaklukkan Himyar di Jazirah Arab. Setelah takluk, ia pun naik pangkat menjabat gubernur di wilayah jajahan tersebut.
“Namun, lantaran tidak puas dengan apresiasi dan hadiah yang diberikan atasan, dia malah balik menahan upeti, memberontak, lalu berikrar memerdekakan wilayahnya dan membaiat diri sebagai raja,” tulis Hitti.
Dalam Al Mufashal fi Tarikh al Arab Qabla al Islam (1968), sejarawan Jawwad Ali membeberkan struktur bangunan Al-Qulays yang begitu megah. Al-Qulays, tulis Ali, memiliki pintu yang terbuat dari tembaga murni setinggi 10 hasta dan lebar 4 hasta.
“Lorong masuk dari pintu ke bagian dalam berukuran 8×40 hasta, dengan tiang-tiang yang digantungi pagar berukir dan berpaku dari emas dan perak,” tulis Ali.
Dengan keindahan Al-Qulays, Abrahah betul-betul percaya diri bahwa simbol yang dibangunnya bakal mengundang decak kagum banyak pihak dan membuat tertarik orang-orang untuk mengunjunginya.
Sialnya, tidak. Di seberang negeri yang Abrahah banggakan, ka’bah masih saja menjadi bangunan yang paling diminati masyarakat Arab untuk diziarahi.
Tidak putus asa, Abrahah terus menggencarkan propaganda bahwa keberadaan Al-Qulays jauh lebih suci dan agung ketimbang ka’bah. Orang-orang yang mendengarnya, bahkan mengaku setengah muak.
Sampai suatu hari, Abrahah menemukan kotoran yang dilempar seseorang tak dikenal ke dinding bangunan andalannya itu. Tentu, ia marah, dan langsung menuding bahwa itu adalah perbuatan orang Mekkah.
Pembisik Abrahah menuduh pelakunya adalah dari Bani Kinanah, atau suku Quraisy yang notabene sebagai penjaga ka’bah.
“Sontak Abrahah murka. Ia bersumpah akan menyerang ka’bah dan Quraisy hingga rata dengan tanah,” tulis Ali.
Pencerita lain menuturkan, pelemparan kotoran ke dinding Al-Qulaisy dan rasa iri terhadap keramaian Mekkah bukanlah sebab utama atas ide serangan milter yang dilakukan pada 570 M tersebut. Kemarahan Abrahah murni karena motif politik akibat tak kunjung berhasil menghubungkan wilayah Habasyah dan Romawi via Semenanjung Arab. Impian itu tidak akan pernah terwujud selama Mekkah dan ka’bah tak lekas dikuasai.
“Faktor ini saya anggap lebih kuat karena memiliki motif yang sangat penting di antara berbagai rencana politik internasional kuno,” tulis Ali, masih dalam buku yang sama.
Singkat cerita, Abrahah pun akhirnya mengepung Kota Makkah. Sebanyak 60 ribu pasukan gajah siap menggeruduk bangunan ka’bah. Abrahah, sang pimpinan itu tampak garang dan buas. Sekali saja unjuk perintah, bisa habislah suku Quraisy dilumat bala tentara berarmada binatang raksasa itu.
Untungnya, Allah Swt amat melindungi kabilah yang sudah ditakdirkan bakal melahirkan Nabi Muhammad Saw, panutan agung sekalian alam itu. Rombongan burung ababil bertebaran di langit. Mereka menjatuhkan bara neraka tepat di kerumunan pasukan gajah.
Hasilnya, nyaris tak tersisa. Semua pasukan kalang kabut, lebur, lalu musnah.